Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
BULAN Juni ini mungkin akan banyak tambahan uang mengalir ke kas
PT Dana Reksa, pengelola Gedung Bursa yang berkantor di Jalan
Medan Merdeka Selatan 13 Jakarta. Soalnya ribuan formulir
pembelian Sertifikat Dana (lembaran sertifikat jenis baru yang
diterbitkan pesero milik negara yang berdiri sejak Desember 1976
itu) diharapkan berdatangan ke kantor perusahaan tersebut. Atau
ke agen dan subagennya di seluruh Indonesia.
"Yang sudah membayar bersamaan dengan saat pendaftaran lebih Rp
6 milyar," kata Jitzach Alexander Sereh, Direktur Utama PT Dana
Reksa (DR), Jumat minggu lalu. Hari itu, ia baru saja
menyerahkan saham DR untuk disimpan BNI '46 sebelum Sertifikat
Dana dioperasikan. Ia mengatakan sertifikat yang dijual Rp 15
milyar terdiri atas 1,5 juta lembar sertifikat masing-masing
bernilai Rp 10.000. Diharapkan akan terjual habis. Ini akan
menambah ramai perputaran lembaran sertifikat yang dikeluarkan
DR sebelumnya, seperti sertifikat saham PT Semen Cibinong
(diterbitkan 1977) dan serfifikat saham PT sAT Indonesia (1979).
Kedua sertifikat yang diterbitkan DR tersebut memang agak
berbeda dengan lembaran Sertifikat Dana (SD) yang baru ini. Jika
sertifikat saham Cibinong dan BAT didukung masing-masing hanya
satu saham, maka SD terdiri atas saham beberapa perusahaan beken
dan yang sudah memasyarakatkan sahamnya. Yaitu PT Semen
Cibinong, PT SAT Indonesia, PT Centex, PT Tificorp dan PT Good
Year Indonesia. Saham-saham perusahaan itu dihimpun DR untuk
mendukung sertifikat model baru itu.
Cara pengumpulan saham seperti itu tampaknya yang memikat para
pemilik modal. Apalagi, harganya pada penjualan perdana hanya Rp
10.000 per lembar.
SD sudah diperkenalkan sejak April lalu. "Sambutan masyarakat
cukup besar," ujar Sereh puas. Ia optimistis SD akan cepat
terjual.
Apa yang ingin dicapai lewat SD? "Sasaran kita tetap pemerataan
pendapatan lewat pemilikan saham-saham perusahaan," katanya.
Sedangkan pemerintah sekaligus bisa mengumpul dana. "Dengan
demikian, rupiah tak lari ke luar negeri dan upaya pelaksanaan
kebijaksanaan pemerintah bisa lebih mantap," sambut Hari M.
Suharnoko, MBA, manajer PT Asian and Euro American Capital
Corporation Limited (Aseam).
Hari mengatakan, pengelolaan SD memang lebih baik ditangani DR.
"Kami juga bisa, tapi, sistem yang ada sekarang harus diubah,"
ujarnya. Sebagai sub-agen DR, Aseam, selain memasarkan
sertifikat, juga memberikan jasa konsultasi bagi perusahaan yang
mau memasyarakatkan sahamnya.
Menurut Hari, situasi dan kondisi saat ini membuat DR punya
posisi kuat untuk berhasil mengelola DR. Usaha seperti yang
dilakukan DR, katanya, juga ada di luar negeri dan dilaksanakan
swasta. SD diharapkan akan memberi kesempatan pemilik modal
mengecap keuntungan perusahaan yang sehat. Yang harus
ditingkatkan katanya adalah efisiensi pengawasan agar sasarannya
bisa sesuai dengan yang diharapkan pemerintah. Aktivitas bursa
perlu lebih dihidupkan. "Selama ini, para pembeli sertifikat
saham, hanya menunggu dividen saja," kata Hari.
Kalangan perbankan mengisyaratkan, dinamika bursa memang harus
dihidupkan. Namun, Sereh memandang, menghidupkan bursa, bukan
berarti pembeli sertifikat saham harus berspekulasi. "Kita
memang ingin mereka tak cepatcepat menjual sertifikat itu, agar
ikut menikmati jadi pemilik perusahaan," ujarnya.
Dan nampaknya yang menjadi persoalan sekarang ini, sebagaimana
diutarakan Zahar Dalimi, manajer Bank Central Asia, sub-agen DR
yang lain, ialah bagaimana supaya pembeli datang dari kalangan
yang lebih luas. Katanya, ini hanya bisa terwujud jika
dilaksanakan penyuluhan terus-menerus ke berbagai daerah
mengenai kegiatan pasar modal. Dan ini dibenarkan Sereh.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo