Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Meski Menunggang Gelombang Kritik

11 September 2006 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

CERITA ini dimulai di tangan Gubernur DKI Sutiyoso. Busway di­bangun, menyusul monorel, lalu subway—meski yang ini baru sebatas mimpi. Itulah angan-angan orang nomor satu di Ibu Kota ini untuk memugar sistem transportasi Jakar­ta. Gelombang kritik tak pernah di­hiraukannya.

Bang Yos—begitu Sutiyoso biasa dipanggil—memang punya segudang alas­an. Jumlah kendaraan bermotor di Jakarta, yang tumbuh 7 persen setahun, tak sebanding dengan pertum­buhan jalan yang cuma 1 persen. Sederet rencana dibentangkan demi mewujudkan sistem transportasi terpa­du itu.

Tapi kisah Bang Yos bisa jadi tak berujung sukses bila tak diikuti dan terintegrasi dengan sistem transportasi kawasan penyangga (Tangerang, Bekasi, Depok, Bogor). Soalnya, 600 ribu kendaraan dari luar Jakarta, yang mengangkut 1,2 juta penumpang, masuk ke Jakarta setiap hari.

Yandhrie Arvian

Ongkos Tanggungan Publik

  • Transportasi perkotaan menghabiskan 6–8 persen PDB kota
  • Transportasi perkotaan menghabiskan biaya kesehatan masyarakat sebesar 1–2 persen dari PDB
  • 5–10 persen penghasilan keluarga habis untuk biaya transportasi (hasil Susenas)
  • 20 persen penghasilan keluarga miskin habis untuk transportasi
  • Emisi kendaraan bermotor menyebabkan infeksi saluran pernapasan akut (ISPA), gangguan reproduksi, kanker paru-paru, perubahan genetik
  • US$ 100 juta untuk biaya pengobatan ISPA di Jakarta per tahun
  • Kerugian akibat kemacetan di Jakarta Rp 10,4 triliun per tahun
  • Waktu produktif yang terbuang akibat kemacetan di Jakarta 2 jam per orang/hari

Busway Hingga 2010, Pemerintah DKI berniat membangun 15 koridor busway. Tiga jalur sudah beroperasi. Empat jalur siap menyusul.

Sudah Beroperasi

Koridor 1: Blok M–Kota (12,9 kilometer)

Beroperasi: 15 Januari 2004

Total investasi: Rp 292 miliar (termasuk pengadaan 84 bus)

Jumlah bus: 84

Pengelola: PT Transjakarta

Koridor 2 PulogadungHarmoni (14,3 kilometer)

Beroperasi: 15 Januari 2006

Prasarana: Rp 92,63 miliar (belum termasuk pengadaan bus)

Pengelola: konsorsium PT Trans Batavia (PT Mayasari Bakti, Steady Safe, PPD, dan Metromini)

Koridor 3: Kalideres–Harmoni (18,7 kilometer)

Beroperasi: 15 Januari 2006

Prasarana: Rp 77,65 miliar (belum termasuk pengadaan bus)

Pengelola: konsorsium PT Trans Batavia (PT Mayasari Bakti, Steady Safe, PPD, dan Metromini)

Investasi koridor dua dan tiga, bila termasuk pengadaan bus: Rp 380 miliar. Armada koridor dua dan tiga: 68 bus (dari 126 yang direncanakan). Daya angkut sebelum ada koridor dua dan tiga: 80 ribu penumpang per hari. Setelah ada koridor dua dan tiga: 125 ribu penumpang per hari.

Sedang dibangun

Koridor 4

Pulogadung–Dukuh Atas (11,85 kilometer)

Pelaksana proyek PT Istaka Karya

Koridor 5

Kampung Melayu–Ancol (13,50 kilometer)

Pelaksana proyek PT Yasa Patria Perkasa

Koridor 6

Ragunan–Kuningan (13,30 kilometer)

Pelaksana proyek PT Widya Satria

Koridor 7:

Kampung Rambutan–Kampung Melayu (12,80 kilometer)

Pelaksana proyek PT Lampiri Jaya Konstruksi

Investasi koridor 4–7: Rp 618 miliar (belum termasuk pengadaan bus). Target operasi 15 Januari 2007 Jumlah armada 203 bus 30 bus gandeng (kapasitas 160 penumpang per bus) untuk koridor 5.

Monorel

Tahap I: Jalur Hijau (14,8 kilometer)

Polda Metro Jaya–SCBD–Senayan–Palmerah–Pejompongan–Karet–Dukuh Atas 2–Kuningan–Gatot Subroto–Polda Metro Jaya

Pendanaan: Dubai Islamic Bank lewat surat utang US$ 650 juta

Pengelola: PT Jakarta Monorail

Target Penumpang

160 ribu penumpang per hari. Pemerintah pusat dan DKI Jakarta menyiapkan dana US$ 22,5 juta per tahun, selama lima tahun, sebagai jaminan bila target penumpang tak tercapai.

Electronic Road Pricing (ERP)

Pengendara yang melewati jalur monorel akan dipungut bayaran. Alat pencatat elektornik akan memindai stiker di mobil.

Target beroperasi: Oktober 2007

Tahap II: Jalur Biru (13,5 kilometer) Kampung Melayu–TebetDr Sahardjo–Casablanca–KaretTanah Abang –Cideng–RoxyMal Taman Anggrek

Mass Rapid Transit (MRT) atau Subway

Tahap I: Lebak Bulus–Dukuh Atas (14,3 kilometer)Kecepatan rata-rata : 32 kilometer per jam

Waktu tempuh: 28 menit

Kapasitas: 23 ribu penumpang per jam per satu arahProyeksi kebutuhan:

280 ribu penumpang per hari (2010)

339 ribu penumpang per hari (2020)

Investasi

Prediksi Bapenas US$ 500-600 juta

Prediksi pemerintah Jepang US$ 870 juta

Stasiun layang: Lebak Bulus, Fatmawati, Cipete Raya, Haji Nawi

Blok A, Blok M, Si Singamangaraja, Senayan, Istora

Stasiun bawah tanah: Bendungan Hilir, Setiabudi, Dukuh Atas

Pembangunan: Prediksi akhir 2007 (menunggu kesepakatan dengan Jepang)

Target operasi: 2009

Pelaksana: Konsorsium 15 BUMN

Tahap II: Dukuh Atas–Kota (10,7 kilometer)

Rencana stasiun: Dukuh Atas–Bundaran HI–

Sarinah–Monas–Harmoni–Sawah Besar–Mangga Besar–GlodokKota

Kenapa Transportasi Terpadu Dibangun

Gawat! Jakarta ternyata membutuhkan ruas jalan baru sekitar 800 meter per hari. Bila tidak, kelumpuhan total bisa terjadi pada 2014. Kendaraan diperkirakan sudah tidak dapat keluar dari rumah, karena seluruh ruas jalan, yang saat itu diperkiran berkisar 45 juta meter persegi, penuh sesak.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus