Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir menjelaskan migrasi dari gas LPG ke kompor listrik berjalan seperti transisi penggunaan bahan bakar minyak (BBM) ke sepeda motor atau mobil listrik. Menurut dia, pemerintah masih merapikan peta biru mengenai transisi energi nasional tersebut.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Seperti kita ini impor BBM dari 2003. Nah, karena itu kita coba yang namanya motor dan mobil listrik,” ujar dia seusai rapat dengan Komisi VI DPR RI di kompleks Parlemen, Jakarta Pusat, Rabu, 21 September 2022.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Erick mencontohkan target penggunaan sepeda motor dan mobil listrik 50 persen. Untuk mencapai itu, perlu proses sulit. Sebab, produksi sepeda motor dan mobil listrik serta chip semikonduktor sedang mengalami kesulitan.
“Artinya kan tidak mudah. Tetapi apa kita musti kasih bendera putih? Kan enggak, orang lagi begini. Makanya ada trobosan yang namanya B40 dinaikkan dari B30, plus nanti mengenai etanol, Bagaimana etanol menjadi campuran untuk BBM,” kata dia.
Layaknya transisi ke sepeda motor dan mobil listrik itu, migrasi LPG ke kompor listrik pun serupa dan masih terus dirembuk oleh seluruh pemangku kepentingan. Dengan demikian, sepeda motor dan mobil biasa masih bisa dipakai, termasuk LPG yang tidak bisa langsung dihilangkan.
“Kan DME atau dimethyl ether itu masih 2028, terus masa gara-gara kita ketakutan konsumsi LPG makin besar, kita mengambil keputusan semua diganti kompor listrik. Ya enggak mungkin,” tutur Erick.
Erick melanjutkan, meski program ini adalah bagian dari transisi energi, tak mungkin LPG langsung dihapus. "Karena masyarakat kita yang di bawah, pedagang asongan, dan lain-lain, harus ada alternatif gas," ujarnya.
Dengan demikian, infrastruktur yang ada untuk pengadaan LPG maupun agennya pun tidak bisa langsung disetop. Sebab, keduanya adalah bagian dari rantai ekonomi Indonesia. Karena itu, sebagai alternatif, dia menyatakan bakal ada batu bara yang dikonversi atau digasifikasi untuk DME.
"Populasinya berapa persen nanti tergantung dari pada pembangunan DME," ucapnya. Kendati begitu, Erick juga mengungkapkan Kementerian BUMN akan terus mendukung peralihan ke kompor listrik sebagai bagian dari program transisi eco lifestyle. “Saya yakin generasi muda yang sekarang mayoritas berumur 35 ke bawah akan lebih terbuka dengan penggunaan kompor listrik.”
Apalagi, kompor listrik lebih mudah digunakan, tidak perlu mengganti tabung gas. "Sekarang ada tren generasi muda ini hidup sendiri di apartemen atau cuma dengan pasangan jadi nggak ada pembantu lagi," kata dia.
Menurut dia, transksi ini perlu dijaga supaya ada keseimbangan antara penggunaan LPG, DME, dan kompor listrik. Begitu pula dengan mobil listrik, mobil dengan BBM, B40, dan etanol.
KHORY ALFARIZI | RIANI SANUSI PUTRI
Baca juga: Paket Kompor Listrik Rp 1,8 Juta Akan Dibagikan Gratis ke 300.000 Orang, Begini Penjelasan ESDM
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini