Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

MOMEN

28 Juli 2008 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Penerbangan
Masih Belum Boleh ke Eropa

Komisi Uni Eropa memperpanjang larangan penerbangan maskapai Indonesia ke Eropa. Mereka tetap menuntut Departemen Perhubungan melaksanakan seluruh rekomendasi hasil audit organisasi penerbangan sipil internasional (ICAO). Larangan terbang itu sudah ditetapkan sejak Juli 2007.

Otoritas penerbangan Indonesia, menurut Pelaksana Duta Besar Uni Eropa Pierre Phillips, baru melaksanakan 61 item dari 69 rekomendasi organisasi penerbangan dunia itu. Laporan perbaikan itu pun sekarang belum dievaluasi ICAO. "Kami menunggu hasil evaluasi mereka," katanya Jumat pekan lalu.

Menteri Perhubungan Jusman Syafii Djamal kecewa dengan keputusan Komisi Uni Eropa. "Sedikit senang karena mereka (Eropa) sudah mengubah sedikit tata cara, dulu tidak pernah menyampaikan langsung," katanya. Menurut Jusman, pelaksanaan sisa rekomendasi masih menunggu revisi Undang-Undang Penerbangan. Tapi dia tidak yakin pemenuhan rekomendasi ICAO akan diikuti pencabutan larangan. "Takutnya nanti cari alasan lain."

Persaingan Usaha
Astro Tak Halangi Pesaing

Komisi Pengawas Persaingan Usaha memang belum resmi membuka hasil pemeriksaan kasus persaingan siaran Liga Inggris. Namun sumber Tempo di Komisi mengatakan mereka tidak menemukan bukti bahwa PT Direct Vision, Astro All Asia Network Plc., dan ESPN Star Sport bersama-sama menghalangi usaha pesaingnya.

"Perilakunya ada, tapi dampak penguasaan itu tak ditemukan," katanya Rabu pekan lalu. Namun Komisi tetap menyimpulkan ada indikasi pelanggaran pasal larangan menjalin perjanjian yang mengakibatkan monopoli. Ketua sidang majelis, A.M. Tri Anggraini, tak bersedia menanggapi informasi tersebut. "Kami tak mau melangkahi para terlapor. Ini masalah kode etik," katanya.

Kasus ini bermula dari laporan PT MNC Skyvision (Indovision), PT Indosat Mega Media (IM2), dan PT Indonusa Telemedia (Telkomvision) ke Komisi Pengawas soal dugaan monopoli siaran Liga Inggris pada September 2007. Mereka meminta Komisi mengkaji pemberian hak siar kepada Direct Vision dari ESPN Star lewat Astro.

Namun Indovision tetap ngotot pada dugaannya. "Pemberian hak siar Liga Inggris itulah yang menyebabkan Astro berkembang pesat. Sedangkan kami terhalang mengembangkan bisnis," kata Sekretaris Perusahaan MNC Skyvision Arya Mahendra Sinulingga.

Anggaran
Target Pajak Naik Rp 100 triliun

Kendati ekonomi sedang lesu, pemerintah tetap mengerek target penerimaan pajak dari sektor nonminyak dan gas. Direktorat Jenderal Pajak yakin bisa meraup pajak Rp 581 triliun tahun depan atau naik lebih dari Rp 100 triliun dibanding tahun sebelumnya.

Menurut Direktur Jenderal Pajak Darmin Nasution, peningkatan pendapatan pajak 21 persen itu lebih tinggi dari rata-rata penerimaan lima tahun terakhir, yang hanya 19,17 persen. Dia mengatakan berbagai faktor ekonomi, seperti pertumbuhan ekonomi, inflasi, dan sektor informal, punya andil 13,7 persen, dan peningkatan kepatuhan sekitar tiga persen.

Yang paling banyak pengaruhnya, kata Darmin, adalah usaha intensifikasi dan ekstensifikasi pajak. "Andil terbesar peningkatan penerimaan itu adalah intensifikasi. Karena itu, kami akan berfokus di situ," katanya pekan lalu.

Saham
Hary Tanoe Lepas Citra Marga

Hary Tanoesoedibjo tak lama lagi akan meninggalkan bisnis jalan tol. Sekarang dia sedang bersiap melepaskan 40 persen sahamnya di PT Citra Marga Nusaphala Persada Tbk. Citra Marga merupakan pemilik konsesi jalan tol ruas Cawang-Tanjung Priok di Jakarta dan ruas Waru-Juanda di Surabaya.

Menurut Hary, bisnis inti di bidang multimedia, keuangan, dan investasi lewat sayap PT Global Mediacom dan PT Bhakti Investama lebih menjanjikan keuntungan. Untuk Citra Marga, dia membuka kesempatan bagi siapa saja yang berminat membeli. Bahkan Hary juga membuka pintu bagi Keluarga Cendana. "Siapa saja boleh membeli. Yang penting mengajukan penawaran tertinggi," ujarnya pekan lalu.

Seorang sumber Tempo mengatakan Hary salah memprediksi volume lalu lintas kendaraan di ruas Waru-Juanda. Semula diperkirakan kendaraan yang lewat berkisar 52 ribu per hari, tapi ternyata hanya separuhnya. Selain itu, tekanan dari Keluarga Cendana yang masih punya andil di Citra Marga turut mendorong niat hengkang Hary.

Direktur Utama Citra Marga Shadik Wahono mengatakan manajemen belum menerima pemberitahuan soal niat Hary. "Paling-paling tahu kalau sudah kejadian," kata Shadik, yang baru saja dilantik menjadi bos perusahaan yang dulu dikuasai Siti Hardijanti Rukmana itu.

Saham
Bank Indonesia Jual Anak Usaha

Bank Indonesia akan berfokus pada tugas utamanya, yakni mengelola kebijakan moneter. Karena itu, Bank Indonesia tengah menimbang untuk melepaskan kepemilikannya di Bank Indover, PT Asuransi Kredit Indonesia, dan PT Bahana Permodalan Usaha Indonesia.

Gubernur Bank Indonesia Boediono mengatakan pembentukan anak usaha itu semula bertujuan mengintervensi pasar. Namun kini pola itu sudah tidak relevan karena infrastruktur operasi moneter sudah bagus. "Kami ingin berfokus pada tugas pokok dan tidak menangani hal semacam itu lagi," kata Boediono, Jumat pekan lalu.

Menurut dia, Bank Indonesia sedang mencari cara divestasi yang terbaik agar mendapatkan hasil maksimal. Semula Bank Indonesia hanya berniat mengoper anak usahanya itu ke pemerintah.

Investasi
Mittal Bangun Pabrik Baja

Setelah peluang membeli saham PT Krakatau Steel nyaris tertutup, penguasa baja dunia, ArcelorMittal, memilih jalan lain. Perusahaan milik Lakshmi Mittal, orang terkaya di Eropa, itu berniat membangun pabrik baja terintegrasi di Jawa. "Mittal akan membangun pabrik sendiri," kata Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Tekstil, dan Aneka, Ansari Bukhari, Selasa pekan lalu.

Menurut Ansari, ArcelorMittal akan membangun pabrik baja terintegrasi, dari pengolahan bijih besi sampai pembuatan baja. Ansari mengatakan nilai investasi yang dibutuhkan untuk membangun pabrik baja dengan kapasitas 1 juta ton minimal US$ 500 juta. Saat ini Indonesia mengalami defisit sekitar 2 juta ton. "Indonesia masih perlu investasi US$ 1 miliar," ujarnya.

Badan Koordinasi Penanaman Modal beberapa minggu lalu menyatakan pabrik baja milik ArcelorMittal itu rencananya akan dibangun di Pasuruan, Jawa Timur, atau Provinsi Banten. Sebelumnya, Mittal sangat berambisi menjadi mitra strategis Krakatau Steel, tapi ditolak sebagian pekerja.

Kota Terbaik
Blitar Nomor Satu

Penelitian Komite Pemantauan Pelaksanaan Otonomi Daerah dan The Asia Foundation sepanjang 2007 menempatkan Kota Blitar, Jawa Timur, sebagai daerah dengan kinerja ekonomi terbaik. "Implementasi one stop service (OSS) pelayanan perizinan memberikan kemudahan bagi pengusaha," ujar Bambang P.S. Brodjonegoro, Ketua Pengurus Komite Pemantauan, dalam acara Local Economic Governance Award di Jakarta, Selasa pekan lalu.

Blitar, kota kecil berpenduduk 1,3 juta orang, memperoleh penilaian bagus pada hampir semua indikator penilaian, terutama perihal infrastruktur (skor 83 dari skor 1-100), akses terhadap lahan usaha (79), dan perizinan (84,6). Dari hasil itu, Blitar kemudian terpilih. Survei ini melibatkan 12.187 pengusaha di 243 kota dan kabupaten.

Penelitian yang didanai United States Agency for International Development ini menggunakan sembilan indikator dalam menilai tata kelola ekonomi daerah. Indikator itu adalah akses lahan, perizinan usaha, interaksi pemerintah daerah dengan pengusaha, program pengembangan usaha swasta, integritas kepala daerah, efisiensi usaha, pengelolaan infrastruktur, tingkat keamanan dan resolusi konflik, serta kualitas peraturan daerah.

Dalam kelompok sepuluh besar, berturut-turut tercantum Kabupaten Magetan, Kota Prabumulih, Kabupaten Musi Banyuasin, Kabupaten Jembrana, Kabupaten Tuban, Kabupaten Lumajang, Kabupaten Madiun, Kota Probolinggo, dan Kabupaten Gianyar. Menteri Keuangan Sri Mulyani berencana mengundang para pemenang untuk bertukar pikiran. "Kami perlu tahu apa saja hasil kerja mereka yang cemerlang dan bisa dicontoh daerah lain," katanya.

Bahan Bakar Minyak
Konsumsi Pertamax Terus Turun

Melambungnya harga minyak bumi di dunia membuat harga bahan bakar tanpa subsidi, seperti Pertamax dan Pertamax Plus, turut terkerek. Kenaikan harga itu membuat Pertamax dan Pertamax Plus mulai ditinggalkan.

Sepanjang Juni lalu, konsumsi Pertamax Plus hanya 5.217 liter, turun lumayan jauh dari Mei, yang masih hampir 7.000 liter. Penjualan Pertamax pun terpangkas menjadi 13.518 liter dari sebelumnya 18.994 liter. Per 15 Juli 2008, harga Pertamax di Jakarta Rp 10.600 dan Pertamax Plus Rp 10.750.

Di sisi lain, pengguna premium yang disubsidi pemerintah bertambah. "Konsumsi bahan bakar bersubsidi naik sekitar empat persen," kata Direktur Niaga dan Pemasaran PT Pertamina (Persero) Achmad Faisal, Jumat pekan lalu. Dari kuota premium 16,9 juta kiloliter, yang telah tersedot hingga akhir Juni sudah 9,3 juta kiloliter atau 55 persen. Sedangkan jatah solar 11 juta kiloliter sudah dipakai 5,8 juta kiloliter atau 52,7 persen.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus