Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - PT Bank Central Asia Tbk (kode saham: BBCA) atau BCA mencatatkan Rp 6,9 miliar transaksi di kuartal I 2023 atau Q1 2023. Jumlah ini naik 27,3 persen secara tahunan (year on year/yoy).
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Hal ini diungkap Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk. Jahja Setiaatmadja dalam konferensi pers virtual paparan kinerja BCA pada Kamis sore, 27 April 2023.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
"Pertumbuhan tersebut ditopang oleh perluasan kanal online dan offline yang konsisten melalui investasi di multi-channels, serta pertumbuhan basis nasabah," kata Jahja, Kamis.
Khusus di kanal digital, lanjut dia, volume transaksi mobile banking dan internet banking mencapai Rp 5,8 miliar. Jumlah ini meningkat 29,5 persen yoy.
Sedangkan dari sisi pendanaan, rasio dana murah atau CASA naik 5,7 persen yoy mencapai Rp 843,3 triliun per Maret 2023 dan berkontribusi hingga 81,2 persen dari total dana pihak ketiga.
"Secara keseluruhan, total dana pihak ketiga tumbuh 4,1 persen yoy menjadi Rp 1.039 triliun, sehingga mendorong total aset BCA naik 4,9 persen yoy menjadi Rp 1.322 triliun," tutur Jahja.
Lebih lanjut, dia mengatakan rasio loan at risk (LAR) turun ke 9,5 persen di kuartal I 2023, dibandingkan 13,8 persen di tahun sebelumnya.
Sementara itu, rasio kredit bermasalah (NPL) tercatat 1,8 persen di kuartal I 2023, turun dari 2,3 persen di tahun sebelumnya. Dia menilai, rasio pencadangan NPL dan LAR berada pada level yang baik, masing-masing sebesar 285,4 persen dan 57,9 persen.
“Ditopang oleh likuiditas yang memadai, kami optimistis dapat menjaga pertumbuhan kredit berkualitas secara berkelanjutan," ungkap Jahja.
Selanjutnya: Sementara itu, kinerja penyaluran kredit BCA....
Sementara itu, kinerja penyaluran kredit BCA dan entitas anak perusahaan juga naik 12 persen yoy per Maret 2023. Menurut Jahja, perseroan belum menaikkan suku bunga kredit untuk menyediakan suku bunga yang kompetitif di pasar serta mendorong pemulihan perekonomian.
Sedangkan kredit korporasi naik 11,7 persen yoy menjadi Rp 320,5 triliun pada Maret 2023, dan masih menjadi kontributor utama bagi total kredit BCA.
Seiring dengan peningkatan aktivitas bisnis, kata dia, kredit komersial dan UKM meningkat 11,8 yoy mencapai Rp 211,1 triliun.
Sementara itu, KPR atau Kredit Pemilikan Rumah tumbuh 11,6 persen yoy menjadi Rp 109,6 triliun dan KKB atau Kredit Kendaraan Bermotor naik 15,2 persen yoy menjadi Rp 47,9 triliun, ditopang oleh gelaran BCA Expoversary 2023 yang tengah berlangsung.
"Saldo outstanding kartu kredit juga tumbuh 16,2 persen yoy menjadi Rp 14,0 triliun, sehingga total portofolio kredit konsumer naik 12,7 persen yoy menjadi Rp 174,5 triliun. Secara keseluruhan, total kredit BCA naik 12 persen yoy menjadi Rp 713,8 triliun di Maret 2023," beber Jahja.
Sementara itu, penyaluran kredit ke sektor-sektor berkelanjutan naik 11,9 persen yoy mencapai Rp 180,8 triliun pada Maret 2023 dan berkontribusi hingga 25 persen terhadap total portofolio pembiayaan BCA.
BCA telah menyalurkan kredit untuk kendaraan listrik sejumlah Rp 327 miliar. BCA juga memberikan promo suku bunga kredit bagi debitur komersial dan UKM yang bergerak pada Kegiatan Usaha Berwawasan Lingkungan, serta menghadirkan program Kredit Multiguna Usaha #KaMUKartini dengan suku bunga mulai dari 3,21 persen eff.p.a. bagi pengusaha wanita atau usaha dengan mayoritas karyawan wanita.
Selanjutnya: Pertumbuhan kredit BCA diikuti oleh....
Pertumbuhan kredit BCA diikuti oleh perbaikan kualitas pinjaman, lanjut Jahja, sejalan dengan portofolio kredit yang direstrukturisasi berangsur kembali ke pembayaran normal. Rasio loan at risk (LAR) turun ke 9,5 persen di kuartal I 2023, dibandingkan 13,8 persen di tahun sebelumnya.
Sementara itu, rasio kredit bermasalah (NPL) tercatat 1,8 persen di kuartal I 2023, turun dari 2,3 persen di tahun sebelumnya. Dia menilai, rasio pencadangan NPL dan LAR berada pada level yang baik, masing-masing sebesar 285,4 persen dan 57,9 persen.
Dari sisi pendapatan, BCA mencatatkan laba bersih Rp 11,5 triliun pada kuartal I atau Q1 2023. Jumlah ini naik 43 persen secara tahunan (year on year/yoy).
Hal itu didorong oleh ekspansi volume kredit, perbaikan kualitas pinjaman, imbal hasil yang lebih tinggi dari penempatan dana pada obligasi negara sebagai salah satu sumber pembiayaan pembangunan nasional, serta kenaikan pendapatan fee dan komisi selaras dengan peningkatan jumlah transaksi.
"BCA membukukan pertumbuhan positif pada pendapatan bunga bersih (net interest income/NII) selama kuartal I 2023, yakni naik 28 persen yoy menjadi Rp 18,5 triliun," kata Jahja.
Sedangkan pendapatan selain bunga tumbuh 5,6 persen yoy menjadi Rp 6,3 triliun, ditopang kenaikan pendapatan fee dan komisi sebesar 6,9 persen yoy.
Secara total, kata Jahja, pendapatan operasional tercatat sebesar Rp 24,8 triliun atau naik 21,5 persen yoy. Dia melanjutkan, seiring dengan peningkatan kualitas aset, biaya provisi tercatat turun Rp1,4 triliun dibandingkan tahun sebelumnya.
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini