Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Analis Pasar Uang Bank Mandiri Reny Eka Putri memperkirakan nilai tukar rupiah akan menguat hari ini, 7 Juni 2018. Reny memprediksi rupiah akan bergerak pada kisaran 13.800 - 13.870.
"Seharusnya melanjutkan penguatan, karena belum ada major sentiments yang positif dari Amerika Serikat dan USD indexnya terus turun," kata Reny Eka saat dihubungi, Kamis.
Baca juga: Nilai Tukar Rupiah Dikhawatikan Turun Saat Suku Bunga Fed Naik
Menurut Reny, faktor yang mempengaruhi penguatan rupiah masih seputar kebijakan Bank Indonesia yang melakukan dua intervensi. Reny mengatakan data-data makro ekonomi yang positif seperti rilis indeks kepercayaan konsumen yang membaik kemarin juga menjadi salah satu faktor yang membuat rupiah menguat.
Dalam situs resmi Bank Indonesia, Jakarta Interbank Spot Dollar Rate atau JISDOR mencatat nilai tukar rupiah terhadap dolar AS berada di angka Rp 13.875 pada penutupan Selasa, 6 Juni 2018. Angkat tersebut menunjukkan penguatan 12 poin dari nilai sebelumnya, yaitu Rp 13.887 pada penutupan Senin, 5 Juni 2018.
Simak pula: Nilai Tukar Rupiah Pekan Ini Diprediksi Menguat di Level Rp13.800
Ekonom dari Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira Adhinegara juga memprediksi rupiah menguat tipis. Menurut Bhima, rupiah akan berada di kisaran 13.780-13.880.
"Penguatan rupiah didorong oleh menurunnya dolar AS terhadap beberapa mata uang negara lain, khususnya Euro dan dolar Singapura sepanjang pekan ini," kata Bhima.
Lihat: Efek Perry Warjiyo, Nilai Tukar Rupiah Menguat ke Level Rp 14.125
Menurut Bhima, US Dollar Index anjlok ke 93,6 dari posisi tertinggi 94,8. US Dollar Index merupakan perbandingan kurs dolar terhadap beberapa mata uang dominan dunia.
Dari dalam negeri pelaku pasar mencermati target pertumbuhan ekonomi Indonesia yang direvisi World Bank menjadi 5,2 persen tahun ini.
"Revisi ke bawah mengindikasikan dalam jangka panjang Indonesia masih mengalami stagnasi pertumbuhan ekonomi di kisaran 5 persen. Namun, sentimen positif masih cukup kuat karena pemerintah sendiri yakin tahun 2019 ekonomi mampu tumbuh hingga 5,6 persen ditopang oleh kinerja investasi dan konsumsi rumah tangga," ujar Bhima.
Menurut Bhima, yang perlu diperhatikan adalah aksi ambil untung atau profit taking masih mungkin terjadi seiring bursa saham yang mengalami koreksi tipis. Permintaan dolar juga meningkat karena kebutuhan valas jelang libur panjang lebaran. Bhima melihat kelompok masyarakat atas yang memilih berlibur keluar negeri cenderung memborong dolar sehingga mempengaruhi nilai tukar rupiah.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini