Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta -Pabrik jamu Nyonya Meneer bangkrut setelah gagal membayar utang Rp 7,04 miliar kepada kreditornya. Pailit diputuskan oleh Pengadilan Negeri Semarang pada Kamis pekan lalu.
Bangkrutnya Nyonya Meneer, menurut Ketua Umum Gabungan Pengusaha Jamu dan Obat Tradisional, Dwi Ranny Pertiwi Zarman, banyak industri besar obat tradisional harus bekerja ekstra untuk bersaing dengan produk lain di tingkat domestik dan luar negeri. Apalagi, industri jamu seperti PT Nyonya Meneer juga harus bersaing dengan jamu ilegal. “Banyak produk ilegal didistribusikan secara online. Sementara itu, iklan produk legal dikendalikan demi regulasi,” kata Dwi, Minggu, 6 Agustus 2017.
Tantangan lain industri jamu adalah besarnya biaya persyaratan perubahan jenis usaha dari industri kecil ke industri besar. “Belum semua perusahaan jamu menguasai dan menggunakan teknologi IT sebagai basis penjualannya.”
Baca: Nyonya Meneer Dipailitkan, Menteri Bambang: Itu Hal Wajar
Gugatan pailit terhadap Nyonya Meneer diajukan oleh kreditor Hendrianto Bambang Santoso, asal Kabupaten Sukoharjo. Pemohon menyatakan PT Nyonya Meneer tidak memenuhi kewajiban membayar utang. Atas putusan itu, kurator telah ditunjuk untuk menyelesaikan kewajiban Nyonya Meneer kepada para kreditor.
Direktur Jenderal Industri Kecil dan Menengah Kementerian Perindustrian, Gati Wibawaningsih, menyayangkan tutupnya perusahaan Jamu Nyonya Meneer akibat pailit. Terlebih, perusahaan itu dalam dua tahun ke depan akan berusia tepat satu abad.
“Sejak awal 2000-an sudah ada masalah internal, kepemilikan, dan lain-lain,” kata Gati. Menurut dia, perusahaan keluarga ini seharusnya berinovasi agar tak kalah bersaing dengan produk baru.
Kementerian Perindustrian telah memberikan sejumlah pembinaan kepada pelaku industri kecil obat tradisional agar bisa meningkatkan nilai tambah produk. Menteri Perencanaan dan Pembangunan Nasional Bambang Brodjonegoro mengatakan perubahan zaman menuntut manajemen perusahaan mampu mengikuti bisnis modern. “Kita lihat ada merek lain yang disebut bisa melakukan adjustment dengan baik, keuntungan dan omzet pun meningkat,” kata Bambang.
PUTRI A. | GHOIDA RAHMAH | DESTRIANITA
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini