Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Bisnis

Ormas Sweeping Produk Prancis, Aprindo: Bakal Semakin Membebani Perekonomian

Ketua Umum Aprindo Roy Nicholas Mandey menilai sweeping produk Prancis seharusnya tidak perlu dilakukan.

5 November 2020 | 17.34 WIB

Pemilik swalayan memasang tulisan boikot pada produk Prancis di Kendari, Sulawesi Tenggara, Senin, 2 November 2020. Aksi boikot berbagai macam produk Prancis tersebut sebagai bentuk protes dan kecaman terhadap pernyataan Presiden Prancis Emmanuel Macron yang dianggap menghina umat Islam. ANTARA/Jojon
Perbesar
Pemilik swalayan memasang tulisan boikot pada produk Prancis di Kendari, Sulawesi Tenggara, Senin, 2 November 2020. Aksi boikot berbagai macam produk Prancis tersebut sebagai bentuk protes dan kecaman terhadap pernyataan Presiden Prancis Emmanuel Macron yang dianggap menghina umat Islam. ANTARA/Jojon

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Retail Indonesia (Aprindo) Roy Nicholas Mandey menanggapi sikap sejumlah organisasi massa yang melakukan sweeping terhadap produk Prancis di beberapa minimarket di Jakarta. Roy mengatakan hal tersebut malah merugikan masyarakat dan semestinya tak perlu dilakukan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

“Enggak ada hubungannya (antara sentimen terhadap Prancis) dengan sisi perdagangan,” katanya saat dihubungi pada Kamis, 5 November 2020.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Menurut Roy, keputusan untuk membeli produk-produk yang dijual di gerai-gerai minimarket berada di tangan masing-masing konsumen. Karena itu, ia memandang ormas semestinya tidak mengintervensi sikap konsumen.

Di sisi lain, Roy meminta pihak berwenang bersikap tegas agar tidak terjadi aksi yang merugikan masyarakat dan pelaku usaha. Ia khawatir pihak-pihak tertentu bakal memprovokasi dan melakukan aksi anarkis.

Sebaliknya, menurut Roy, sweeping ini justru bakal semakin membebani perekonomian. Sebab, idealnya kestabilan konsumsi rumah tangga harus tetap terjaga untuk mendorong peningkatan produk domestik bruto di tengah lesunya ekonomi karena pandemi.

Sebelumnya terjadi sweeping marak terjadi lantaran sejumlah umat Islam sebelumnya keberatan dengan ungkapan Presiden Prancis Emmanuel Macron terkait insiden karikatur Nabi Muhammad. Peristiwa tersebut bermula saat seorang guru tewas dipenggal lantaran menunjukkan karikatur Nabi Muhammad dalam sebuah kelas.  

Dalam pernyataannya, Macron justru mendukung publikasi kartun Nabi Muhammad itu setelah peristiwa pemenggalan terjadi. Sikap Macron menimbulkan munculnya gelombang protes, terutama di negara-negara dengan penduduk muslim terbesar.

Terkait insiden tersebut, Roy beranggapan bahwa pernyataan Macron memang  tidak sejalan dengan nilai kesakralan dan simbol agama. Persoalan itu pun harus segera dihentikan.

“Kami meminta agar pemerintah RI, terus aktif berkomunikasi dengan Pemerintah Prancis untuk menindaklanjuti sikap tegas, yang langsung disampaikan Presiden Joko Widodo, pada beberapa hari lalu,” katanya.

Lebih jauh, Roy berharap bakal ada mekanisme lebih lanjut menyikapi hubungan perdagangan antara Indonesia-Prancis yang telah berjalan dengan baik. Ia mengimbuhkan, asosiasinya akan menghormati keputusan konsumen untuk tidak membeli atau tetap membeli produk-produk Prancis.

FRANCISCA CHRISTY ROSANA | LARISSA HUDA

Francisca Christy Rosana

Lulus dari Universitas Gadjah Mada jurusan Sastra Indonesia pada 2014, ia bergabung dengan Tempo pada 2015. Kini meliput isu politik untuk desk Nasional dan salah satu host siniar Bocor Alus Politik di YouTube Tempodotco. Ia meliput kunjungan apostolik Paus Fransiskus ke beberapa negara, termasuk Indonesia, pada 2024 

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus