Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Pasti Tapi Pelan-Pelan

5 perusahaan perakitan telah mendapat izin merakit tv berwarna. TVRI sudah mulai melengkapi diri dengan pemancar di beberapa kota. Hanya harga TV berwarna masih lebih tinggi dibandingkan dengan singapura. (eb)

20 Maret 1976 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

DEBAT pro & kontra TV berwarna sudah selesai. Pemerintah tetap jalan terus. Toh kontrak jutaan dollar sudah diteken? Bahkan mulai Pebruari lalu, IDI telah menawarkan kredit TV berwarna merek Grundig pada dokter-dokter anggotanya. Produsennya adalah PT Asia Electronics. Tapi sebenarnya, sudah seberapa jauhkah persiapan pabrik TV di dalam negeri unluk merakit alat tontonan orang berduit itu? Dan sudah seberapa jauhkan persiapan TV-RI untuk memancarkan campuran warna merah-hijau-biru itu? Dari 17 perusahaan perakitan (assembling) TV hitam-putih di Indonesia, baru 5 perusahaan yang mendapat izin merakit TV berwarna. Ke-5 perusahaan itu adalah Gemini Electrical Works yang akan merakit merek Hitachi, Roxy Electric yang akan merakit Crown, Asia Electronics yang akan memprodusir TV berwarna merek Grundig (Jerman), Yasonta yang akan memprodusir TV Sharp, serta produsen TV merek Telesonic. Di luar kelompok itu adalah anak perusahaan Pertamina, PT Elektronika Nusantara (Elnusa). PT yang baru saja mendapat izin merakit TV berwarna itu sejak tahun lalu sudah menawarkan inden TV berwarna. Lebih Mahal PT Asia Electronics tampaknya yang paling siap. PT itu memang telah menlapat izin khusus Dirjen Industri Logam & Mesin ir Suhartoyo. Menurut surat izin 12 September yang lalu itu, pabrik itu akan punya kapasitas produksi 3600 TV berwarna setahun. Namun sekarang ini pabrik yang berada di jalan Keadilan itu baru dalam taraf produksi percobaan sebanyak 2 - 3 TV berwarna saja sehari. Mau tahu harganya? Sebuah TV berwarna portebel ukuran 15 inci harganya Rp 440 ribu, yang 22 inci Rp 600 ribu sampai Rp 700 ribu, sedang yang 26 inci Rp 750 sampai 900 ribu. Pembelian tunai mendapat korting 5-10%. Sedang pembelian secara kredit dapat diangsur selama 6 bulan dengan uang muka 40%. Itu lebih mahal dibandingkan dengan Singapura misalnya di sana TV berwarna merek Telefunle (Jerman) misalnya, dijual seharga S$ 2.012 (Rp 334 ribu) untuk yang 22 inci sampai $S 2.483 (Rp 412) untuk yang 26 inci. Sedang TV berwarna buatan Jepang merek Sharp ukuran 20 inci harganya rata-rata S$ 1600 (Rp 265 ribu). Mengapa di Indonesia begitu mahal? Menurut seorang produsen TV yang masih segan mengurus izin merakit TV berwarna, "mahalnya itu karena peralatannya berbeda dengan pesawat hitam-putih". TV berwarna tidak dapat dirakit dengan peralatan yang sudah ada untuk merakit TV hitam-putih. Ia memerlukan alat pengatur warna dan alat testing tersendiri, yang jauh lebih mahal harganya dari pada peralatan TV hitam-putih. Makanya untuk merakit TV berwarna, selain perlu pabrik baru, juga perlu tambahan modal. Untuk menghasilkan 50 - 100 set sehari saja perlu suntikan dana sekitar Rp 100 juta. Begitulah alasan pengusaha. Namun menurut seorang ahli pada Lembaga Penelitian TV-RI: "keuntungan produsen TV di Indonesia luar biasa besarnya". Sementara Bea Cukai pun belum mengeluarkan ketentuan tentang pemasukan TV berwarna secara CKD completely knocked-down), pemancar TV-RI sendiri pun masih di awan-awan. Memang betul, kontrak sudah ditandatangani antara Dirjen RTF drs Sumadi dengan maskapai Jerman Siemens bulan Agustus tahun silam. Isi kontrak itu bukan hanya suplai dan pembangunan pemancar TV berwarna untuk siaran metropolitan (Jakarta), tapi juga beberapa proyek lain seperti Puspenmas, yang seluruhnya mencapai US$ 23 juta. Ada pun pemancar TV sendiri, berharga DM 27 juta alias US$ 10 juta (Rp 4 milyar), yang mencakup suplai dan instalasi 2 studio TV berwarna, 2 set peralatan untuk opname di lapangan serta sebuah pemancar berkekuatan 20 Kilo watt. Menurut rencana, pemancar baru itu harus selesai Oktober mendatang. Dan bukan cuma pemancar metropolitan Jakarta itu, tapi juga sejumlah stasiun TV berwarna untuk kota-kota Medan, Palembang, Yogyakarta, Balikpapan, Ujungpandang dan Menado, serta stasiun relai TV berwarna di Solo. Peralatan seluruhnya disuplai oleh sebuah perusahaan Amerika (Ampex International) seharga US$ 6,235 juta atau sekitar Rp 2,5 milyar. Tapi kenyataannya, pemancar TV berwarna yang di Jakarta saja baru terbatas. Deppen merencanakan pemancar baru itu nantinya akan berdampingan dengan pemancar hitam-putih yang ada sekarang di Senayan. Di sana sebelumnya berairi kompleks perumahan karyawan TV-RI, yang setelah digusur penghuninya dipindahkan ke perumahan TV-RI di Pal Merah. Kabarnya penggusuran itulah yang makan waktu berbulan-bulan, dan baru saja selesai belakangan ini. "Peralatan kami telah datang sesuai dengan jadwal, namun gedungnya saja belum berdiri. Malah tendernya saja belum dilangsungkan", tutur Schlichtiger, salah seorang direktur PT Siemens Indonesia pada TEMPO. Pembangunan gedung itu, tergantung pemborong nasional yang ditunjuk Deppen. Kalau begitu, kapan kira-kira rampungnya pemancar TV berwarna itu? "Mungkin akhir tahun depan" katanya sembari mengangkat bahu. Artinya seusai Pemilu 1977. Kendati pemancar baru itu belum berwujud, Siemens kelihatannya betul-betul ingin mensukseskan proyek itu. Selesai membangun pemancar TV berwarna di Singapura, 2 tahun lalu, Siemens telah menghadiahkan sebuah kamera TV berwarna pada TV-RI. lengkap dengan mixer-nya. Sudah hampir setahun lamanya kamera hadiah Siemens itu dipakai untuk siaran warta-berita dan film serial. Lantas siapa penontonnya? Tak usah khawatir. Di Jakarta telah dimasukkan 50 set TVB (buatan Siemens) -- dan 44 buah sudah dibagikan untuk sementara pejabat. Siemens juga telah mengirim 20 orang karyawan TVRI belajar ke markas besarnya di Jerman. Di samping kamera TV berwarna hadiah Siemens itu, studio TV-RI Senayan kini telah memjuluki 2 kamera TV berwarna merek. Sony buatan Jepang. Ketika pertandingan sepakbola Pre-Olimpik Indonesia-Korea berlangsung di Senayan, kedua kamera itulah yang mengkover jalannya pertandingan. Dan berkat datangnya kedua kamera TV berwarna dari Jepang itu, para pemilik pesawat penerima TV berwarna yang hanya beberapa puluh orang di Jakarta sejak awal Maret sudah dapat menikmati siaran hidup dalam tata-warna. Antara lain siaran lawak Kwartet Jaya, Aneka Ria Jakarta serta kesenian Korea. Dan para pedagang di Glodok pun diam-diam memajang TVB seharga Rp 700 - 800 ribu di antara radio dan TV hitam-putihnya. Hanya, barang itu sementara menghilang. Maklumlah, pemerintah mulai melancarkan razia TV selundupan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus