Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Bisnis

Pengamat Sebut Indonesia Terancam Twin Deficit, Apa Itu?

Indonesia berisiko menghadapi kondisi 'twin deficit' seiring dengan menurunnya surplus neraca perdagangan.

18 April 2024 | 17.00 WIB

Aktivitas bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung, Priok, Jakarta, Senin, 15 Januari 2024. Namun nilai ekspor mengalami penurunan secara tahunan. Tempo/Tony Hartawan
Perbesar
Aktivitas bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung, Priok, Jakarta, Senin, 15 Januari 2024. Namun nilai ekspor mengalami penurunan secara tahunan. Tempo/Tony Hartawan

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Ekonom dari bank Permata, Josua Pardede, mengatakan Indonesia berisiko menghadapi kondisi 'twin deficit' seiring dengan menurunnya surplus neraca perdagangan.

"Indonesia juga harus dihadapkan dengan risiko kembalinya 'twin deficit' atau kondisi di mana ekonomi mencatatkan pelebaran defisit neraca transaksi berjalan dan defisit fiskal," kata Josua kepada ANTARA di Jakarta, Kamis, 18 April 2024.

Data terakhir menunjukkan bahwa surplus neraca perdagangan Indonesia terus menyusut, sejalan dengan berlanjutnya normalisasi harga komoditas dan kondisi ekonomi Cina, mitra dagang utama Indonesia, yang cenderung terus melemah.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), neraca perdagangan barang Indonesia kembali mencatatkan surplus pada Februari 2024 sebesar 0,87 miliar dolar AS, yang ditopang oleh non-migas sebesar 2,63 miliar dolar AS.

Namun, nilai surplus itu turun 1,13 miliar dolar AS secara bulanan jika dibandingkan dengan Januari 2024 yang tercatat sebesar 2,02 miliar dolar AS.

"Hal ini meningkatkan risiko pelebaran defisit pada neraca transaksi berjalan pada tahun ini," ujar Kepala Ekonom Bank Permata itu.

Di sisi lain, Josua menuturkan penerimaan negara cenderung menurun sejalan dengan normalisasi harga komoditas. Data terkini menunjukkan bahwa APBN masih mencatatkan surplus, namun jika dibandingkan dengan posisi periode yang sama tahun lalu, surplus cenderung menurun.

Kondisi tersebut memberi kekhawatiran terkait pembiayaan APBN ke depan sehingga memberikan sentimen negatif pada pasar obligasi Indonesia. Tercatat bahwa kepemilikan asing di Surat Berharga Negara (SBN) terus menurun dari awal tahun.

Per 2 April 2024, kepemilikan investor asing pada SBN menurun sekitar 1,73 miliar dolar AS secara year to date (ytd) meskipun investor asing membukukan net buy sekitar 1,48 miliar dolar AS (ytd) di pasar saham.

Sementara itu, defisit transaksi berjalan tahun 2024 diperkirakan minus 0,7 persen terhadap produk domestik bruto (PDB) dari tahun 2023 minus 0,11 persen terhadap PDB. Lalu, defisit fiskal tahun 2024 diperkirakan berkisar minus 2,14 persen terhadap PDB dari tahun 2023 yang tercatat minus 1,65 persen terhadap PDB.

APBN sendiri di awal tahun mengalami surplus sebesar Rp22,8 triliun per 15 Maret 2024. Nilai surplus tersebut diperoleh dari pendapatan negara yang lebih tinggi dari belanja negara. Pendapatan negara tercatat sebesar Rp493,2 triliun atau setara dengan 17,6 persen dari target yang sebesar Rp2.802,3 triliun.

Sementara belanja negara tercatat sebesar Rp470,3 triliun. Nilai itu setara dengan 14,1 persen dari pagu anggaran sebesar Rp3.325,1 triliun.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

Apa itu twin deficit?

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Twin deficit atau  defisit kembar digunakan untuk merujuk pada defisit transaksi berjalan suatu negara dan defisit fiskal yang terjadi secara bersamaan, demikian dikutip dari situs UNESCWA.

Istilah ini mulai digunakan secara luas pada tahun 1980an hingga tahun 1990an karena Amerika Serikat mengalami defisit “kembar” dalam jangka waktu tersebut. Namun, tidak ada penjelasan mengapa defisit transaksi berjalan dan defisit anggaran pemerintah terjadi secara bersamaan.

Istilah “defisit kembar” kini banyak digunakan untuk merujuk pada hubungan antara defisit transaksi berjalan dan defisit fiskal.

Dalam makroekonomi, hipotesis defisit kembar atau fenomena defisit kembar, adalah pengamatan bahwa, secara teoritis, terdapat hubungan sebab akibat yang kuat antara saldo anggaran pemerintah suatu negara dan saldo transaksi berjalannya.

Yudono Yanuar

Yudono Yanuar

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus