Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Institute for Development of Economics and Finance (Indef) mendorong pemerintah menarik investasi yang kuat di aspek penyerapan tenaga kerja. Pasalnya, jumlah pengangguran di Indonesia terindikasi meningkat dari tahun ke tahun, seperti yang sempat diungkapkan Badan Pusat Statistik (BPS) pada awal November 2017.
Dalam catatan BPS, jumlah pengangguran meningkat 10 ribu individu menjadi 7,04 juta orang per Agustus 2017. Adapun jumlah pengangguran pada periode yang sama tahun lalu 7,03 juta orang.
"Peningkatan jumlah angkatan kerja tak dapat diakomodasi ketersediaan lapangan kerja meski terjadi jumlah penduduk yang bekerja meningkat," ujar ekonom Indef, Riza Annisa Pujarama, saat jumpa pers di kawasan Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Jumat, 10 November 2017.
Menurut Riza, tren penyerapan tenaga kerja memang telah menurun sejak 2010. Pada tahun tersebut, 1 persen pertumbuhan ekonomi hanya dapat menyerap 110 ribu tenaga kerja, jauh bila dibandingkan dengan 2011 yang mampu menyerap hingga 225 ribu.
"Ini berkaitan dengan belum membaiknya pertumbuhan sektor tradable (penghasil barang) dibandingkan dengan non-tradable (sektor jasa). Padahal tradable ini yang menyerap tenaga kerja lebih banyak," tuturnya.
Indef pun mempermasalahkan angka pengangguran yang didominasi lulusan sekolah menengah kejuruan (SMK) dibandingkan dengan tingkat pendidikan lain. Angkanya mencapai 11,4 persen.
Hal itu, kata Riza, mengindikasikan ketidakcocokan antara penawaran tenaga kerja SMK dengan kebutuhan industri. "Akibatnya, industri masih mengambil dari lulusan lain, baik sarjana maupun (tingkat) di bawah SMK," ucapnya.
Jumlah pengangguran naik di beberapa sektor, tapi yang paling terlihat adalah sektor pertanian. Indef menilai fenomena ini dipicu penurunan upah riil buruh tani.
"Jumlah pekerja sektor pertanian menurun 4,87 persen year-on-year pada Agustus 2017. Penurunan upah menjadikan bekerja di pertanian tak menarik lagi," ujar ekonom Indef lain, Eisha Maghfiruha Rachbini.
Persentase tenaga kerja penuh pun disebut turun dari 72,78 persen pada Agustus 2016 menjadi 72,05 persen pada periode yang sama tahun ini. Selain itu, pekerja sektor informal mendominasi, dari 68,20 juta orang pada tahun lalu meningkat menjadi 69,02 juta pada 2017. "Menunjukkan tingkat ekonomi penduduk yang bekerja masih lemah," kata Eisha.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini