Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Sejumlah fakultas ekonomi, lembaga riset, dan ekonom membentuk wadah penelitian independen untuk mendukung kebijakan publik di Indonesia. Wadah riset ini diberi nama Indonesia Bureau of Economic Research (IBER).
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ketua Dewan Pembina IBER Boediono menyatakan lembaga ini berdiri sebagai respons terhadap perkembangan dunia yang berdampak ke Indonesia dan butuh dikelola otoritas kebijakan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Saya harap IBER bisa menjadi wadah untuk meningkatkan kapasitas riset ekonomi berbasis pengujian konsep dan empiris serta memberi masukan kepada pengambil kebijakan ekonomi," kata Wakil Presiden RI pada 2009-2014 itu, dalam peluncuran IBER di Universitas Indonesia, Jakarta, Jumat, 26 Januari 2018.
Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Indonesia Ari Kuncoro mengatakan IBER juga dibentuk untuk membuka jaringan para ekonom, terutama ekonom muda. Dia menuturkan ekonom muda saat ini cenderung lebih tertarik menjadi birokrat di kampus ketimbang meneliti. "Insentif untuk meneliti jangka panjang tidak terlalu bagus," ujarnya.
Penelitian dari IBER juga diharapkan bisa menambah publikasi jurnal internasional dari Indonesia. Ari mengatakan Indonesia memiliki banyak peneliti, tapi penelitiannya masih minim.
IBER didukung oleh 13 perguruan tinggi. Mereka antara lain Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Indonesia, FEB Universitas Gadjah Mada, FEB Universitas Padjadjaran, FEB Universitas Diponegoro, FEB Universitas Brawijaya, FEB Universitas Hasanuddin, serta Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor.
IBER juga diikuti Sekolah Bisnis dan Manajemen (SBM) Institut Teknologi Bandung, Fakultas Ekonomi Universitas Andalas, SMERU Research Institute, Centre for Strategic and International Studies (CSIS), Pusat Penelitian Ekonomi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), dan Survey Meter.
Wadah riset ini memiliki anggota Dewan Pembina, yang terdiri atas Emil Salim, Armida Alisjahbana, dan Iwan Jaya Azis. Anggota lainnya adalah Mari Elka Pangestu, Chatib Basri, dan Sudarno Sumarto.