Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Bisnis

Pesona Giok ala Cina: Pakai Dulu, Dijual Kemudian

Bagi masyarakat Cina, giok alias jade bukan sekedar perhiasan. Giok adalah kepercayaan yang diharapkan memberi keberuntungan.

2 November 2015 | 16.36 WIB

Giok natural gold seberat 16 kilogram, yang dipatok seharga Rp 600 juta di Festival Batu Aceh 2015, di Hermes Palace Hotel, Banda Aceh, 4 Februari 2015. Batu giok tersebut ditemukan 20 tahun lalu di sebuah sungai Kabupaten bener Meriah. TEMPO/Adi Warsidi
Perbesar
Giok natural gold seberat 16 kilogram, yang dipatok seharga Rp 600 juta di Festival Batu Aceh 2015, di Hermes Palace Hotel, Banda Aceh, 4 Februari 2015. Batu giok tersebut ditemukan 20 tahun lalu di sebuah sungai Kabupaten bener Meriah. TEMPO/Adi Warsidi

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Bagi masyarakat Cina, giok alias jade bukan sekedar perhiasan. Giok adalah kepercayaan yang dipakai untuk mengharapkan kesehatan dan keberuntungan yang berlimpah. Maka tidak heran, giok kerap ditemukan di rumah-rumah atau dipakai sebagai perhiasaan baik itu berupa kalung, gelang, cincin, gantungan atau hiasan.

"Giok itu makin lama pemakaiannya, makin mahal harganya. Giok yang baru justru tidak berharga. Pakai dulu baru bisa dijual," kata A Fen, salah satu staf di Museum Giok Bona Jade, di Changping, Beijing.

Di Museum giok Bona Jade yang merupakan milik pemerintah tersebut, sekaligus menjadi salah satu pusat penjualan giok terbesar di Cina yang menjual ribuan jenis giok.

Memasuki museum seluas 6.000 meter persegi itu, pengunjung langsung disambut hiasan giok berbentuk ikan mas besar atau Jin Yu. Giok tersebut, tutur A Fen, biasa diletakkan di bagian depan rumah karena dipercaya membawa hoki mendatangkan kekayaan.

Tidak jauh dari situ, jejeran hiasan berbentuk kepala anak naga atau Pi Xi menjadi simbol yang fungsinya tidak jauh beda dengan Jin Yu, yakni diyakini bisa mengumpulkan uang bagi penghuni rumah dan satu lagi, bisa mencegah rumah dari hantu.

"Anak naga itu makannya emas dan perak tetapi tidak dikeluarkan. Selain buat pajangan di rumah, bentuk anak naga bisa juga dibuat untuk hiasan kalung atau gantungan kunci," jelas A Fen.

Ia menambahkan, Pi Xi harus diletakkan dengan posisi kepala menghadap pintu atau jendela atau arah depan rumah. "Semakin besar mulu dan bagian belakan anak naga, maka khasiatnya semakin bagus," ujar A Fen yang cukup lancar berbahasa Indonesia itu.

Kedua model giok tersebut merupakan jenis giok lembut yang bisa dibentuk menjadi ukiran. Sedangkan jenis giok keras biasanya dibuat untuk perhiasan. Giok pun tidak melulu berwarna hijau karena ada 32 macam warna giok seperti merah, ungu, kuning, dan cokelat meskipun warna hijau memang dipercaya yang paling bagus.


Giok keras juga memiliki level kualitas yang berbeda. A Fen lalu mengangkat tangan kanan dan kirinya yang masing-masing memegang gelang dari batu giok. Kedua gelang itu sama-sama berwarna hijau. Lalu, mana gelang yang memiliki kualitas giok nomor satu?

Ada beberapa tips untuk mengenal giok yang memiliki kualitas paling bagus, antara lain diketahui dari nyaring suaranya. "Semakin nyaring, maka kualitasnya makin bagus," ujar A Fen.

Giok yang terasa lebih dingin juga dijamin mengandung zat mineral yang lebih besar. Tips lainnya, dilihat dari warna yang semakin gelap, kilap dan tembus cahaya serta dari beratnya. "Giok bukan soal ukuran besar atau kecil," tambah A Fen.

Kegemaran masyarakat Cina terhadap giok tidak lepas dari sejarah karena giok memang bagian dari kebudayaan Cina. Pada masa kuno, giok hanya bisa dimiliki orang-orang kaya saja. Sampai sekarang, giok bahkan dinilai lebih berharga ketimbang emas. "Orang di sini lebih suka menyimpan giok daripada emas," tutur A Fen.

Oleh sebab itu, harga giok pun tidak murah. Di Bona Jade yang menyediakan giok dari berbagai macam provinsi seperti Yunan, Xinjiang, Liaoning, bahkan Burma itu dijual dengan kisaran 100 yuan hingga 2 juta yuan (1 yuan sekitar Rp 2.200).

ANTARA

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Saroh mutaya

Saroh mutaya

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus