Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Ekonom senior Rizal Ramli urun suara memberikan penjelasan ihwal orasi calon presiden Prabowo Subianto yang menyebut ibu pertiwi diperkosa. Menurut dia, perkataan itu hanya simbol.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Harusnya kan ibu pertiwi bangga, bahagia, tapi yang terjadi rakyatnya masih banyak miskin, asetnya banyak dikuasai asing, itu cuma simbolisme saja," kata Rizal Ramli di Hotel Century, Jakarta, Senin, 8 April 2019.
Prabowo Subianto sebelumnya mengatakan bahwa negara Indonesia saat ini sedang dalam kondisi terpuruk dan mengibaratkannya dengan kondisi ibu pertiwi. Pernyataan ini disampaikan Prabowo di hadapan ribuan pendukungnya di stadion Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta, Ahad, 7 April 2019.
"Saya berdiri di sini karena saya berpandangan bahwa negara kita sedang sakit saudara-saudara sekalian. Ibu pertiwi sedang diperkosa, saudara-saudara sekalian. Kekayaan kita diambil terus. Hak-hak rakyat diinjek-injek," kata Prabowo dalam orasinya di kampanye akbar tersebut.
Pernyataan Prabowo itu, juga ditanggapi oleh Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan. Luhut membantah mengenai kondisi saat ini yang sedang tidak baik. "Pertumbuhan bagus semua, mulai dari ekonomi dan sebagainya. Jadi kalau ada orang yang bilang negeri kita diperkosa, mungkin diperkosa sama dia," kata Luhut di Telkom Landmark Tower, Jakarta Selatan, Senin 8 April 2019.
Luhut menuturkan, penyataan tersebut tidak tepat. Apalagi jika menilik indikator ekonomi saat ini yang terus membaik. Ia menyebut mengenai Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia sekitar US$ 1,1 triliun dan inflasi yang berada di kisaran 3 persen sebagai salah satu bukti bahwa Indonesia dalam kondisi yang baik.
Tak hanya soal pertumbuhan ekonomi, Luhut juga menyebut tingkat kemiskinan yang sempat menurun di angka satu digit di bawah 10 persen. Bahkan dia juga menyinggung mengenai banyaknya perusahaan start up atau rintisan yang berada di level unicorn dari Indonesia. Hal ini salah satunya karena adanya dukungan dari infrastruktur sehingga mampu mendorong keseimbangan harga.
"Jadi kami buat ini terus membaik yaa," ucap Luhut. "Suka tidak suka, jadi kalau ada yang bilang negara kita susah, (susah) di mananya? Pertumbuhan ekonomi tumbuh di tengah kondisi yang lagi nggak bagus."
DIAS PRASONGKO | RYAN DWIKI A