Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
PT Nestlé Indonesia kian ekspansif. Pada akhir Juli lalu, produsen makanan dan minuman asal Swiss itu memperluas tiga pabriknya di Karawang, Jawa Barat; Kejayan, Jawa Timur; dan Panjang, Lampung, dengan investasi US$ 100 juta atau sekitar Rp 1,4 triliun. Setelah memperluas pabrik tersebut, kapasitas produksi Nestlé Indonesia bertambah 25 persen, dari 620 ribu ton per tahun menjadi 775 ribu ton per tahun.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Presiden Director Nestlé Indonesia, Dharnesh Gamunlal Gordhon, mengatakan ekspansi perusahaannya didorong oleh tingginya permintaan produk makanan dan minuman. Namun, kata dia, ekspansi itu tidak akan terwujud jika iklim investasi di Indonesia tidak kondusif. Karena itu, Dharnesh merencanakan sederet aktivitas lanjutan setelah kapasitas pabriknya bertambah.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kepada jurnalis Tempo, Larissa Huda, Dharnesh memaparkan strategi Nestlé di Indonesia. Berikut ini petikan wawancaranya.
Nestlé merencanakan peningkatan kapasitas produksi 25 persen, seberapa mendesak ekspansi ini?
Ketika berbicara kapasitas tambahan 25 persen, artinya kami memiliki kemampuan untuk menghasilkan produk dalam volume yang lebih banyak. Ini menjadi alasan utama dari inovasi yang kami rancang. Kemampuan untuk produksi harus beriringan dengan peningkatan kompetensi teknis. Kami masih punya banyak pekerjaan untuk membangun kemampuan teknis tim kami, meningkatkan keahlian pekerja Nestlé, beradaptasi dengan teknologi baru pada tiga pabrik itu.
Di Asia, Nestlé memiliki pusat riset dan pengembangan di Shanghai, Cina, dan Singapura. Apa ada rencana membangun di Indonesia juga?
Sebetulnya, kami telah menerapkannya di pabrik Karawang. Hanya, kami tidak memberi label innovation center. Namun kini saya berpikir untuk memberinya nama yang lebih baik. Pembangunan pusat inovasi menjadi pertimbangan karena produk kami di sini dirancang spesifik untuk pasar Indonesia. Perlu pemahaman mengenai karakteristik konsumen lokal.
Pemerintah Indonesia akan memberi kan insentif besar, seperti super deduction tax, untuk perusahaan yang mengembangkan riset dan pendidikan vokasi. Apa pandangan Anda?
Insentif ini merupakan langkah cerdas dari pemerintah untuk mendorong investasi jangka panjang dan mengembangkan keterampilan pekerja lokal. Sama seperti teknologi baru. Di Indonesia, ada cukup banyak generasi muda dan pintar, namun hanya menunggu untuk mendapat kesempatan. Oleh karena itu, Indonesia butuh sarana untuk memberikan pelatihan atau inovasi. Kesempatan ini sangat dibutuhkan dan meningkatkan kapasitas seluruh industri. Ini lebih penting dibanding peningkatan kapasitas satu perusahaan karena pengembangan industri memberikan peluang bagi banyak orang.
Seperti apa pertumbuhan bisnis Nestlé di Indonesia?
Dalam empat tahun terakhir, pertumbuhan bisnis Nestlé hampir dua kali lipat dari PDB (produk domestik bruto) Indonesia. Hal tersebut merupakan sinyal positif bagi kami. Saya sangat yakin tren pertumbuhan ini akan berlanjut seiring dengan inovasi baru, cara kerja baru, strategi baru dalam menarik konsumen, dan produk yang akan dikembangkan.
Bagaimana fokus pasar Nestlé setelah ekspansi?
Menawarkan produk yang lebih sehat adalah sesuatu yang saat ini kami geluti. Dengan kondisi ekonomi yang menguntungkan, kami melihat di Indonesia tumbuh kesadaran akan kesehatan yang berkelanjutan. Kami akan memenuhi permintaan domestik lebih dulu, sembari menggarap ekspor yang juga menjadi peluang besar. Namun strategi kami sekarang masih pada meningkatkan kualitas hidup di Indonesia lebih dulu. Beberapa produk diciptakan secara khusus untuk konsumen Indonesia. Itu sebabnya, kami tidak menjadikan ekspor sebagai fokus.
Saat kapasitas produksi Nestlé bertambah, apa strategi untuk memastikan pangsa pasar produk Anda juga bertambah?
Ketika kami meningkatkan kapasitas, kami juga memikirkan kapasitas distribusi serta inovasi, terutama untuk tren kesehatan. Saat ini, kami memberikan pilihan produk yang lebih sehat tapi juga nikmat. Kami berupaya untuk terus meningkatkan penjualan secara signifikan. Hal tersebut merupakan alasan utama memperluas pabrik di Indonesia. Kami juga memperhitungkan daya beli masyarakat dan hal lainnya.
Apakah produksi sudah sepenuhnya di dalam negeri?
Sebanyak 92 persen produk Nestlé yang dijual di Indonesia diproduksi secara lokal. Hanya 8 persen produk impor. Beberapa produk, kebanyakan volume yang kecil, tidak diproduksi di Indonesia sebab kami belum memiliki teknologinya. Kami baru akan berinvestasi pada teknologi produksi bila konsumsinya memenuhi jumlah tertentu.
Biodata
Nama Lengkap: Dharnesh Gamunlal Gordon
Tempat dan tanggal lahir: Afrika Selatan, 5 Maret 1965
Pendidikan:
1. Gandhi Desai High School (1972-1982)
2. Jurusan Bahasa Inggris University of KwaZulu-Natal (1983-1986)
3. Jurusan Pendidikan University of South Africa (1994-1995)
4. Master of Business Administration University of KwaZulu-Natal (1997-1999)
5. Management, Leadership Development, London Business School (2006)
6. Management Leadership IMD Business School (2007)
7. Executive Management Development IMD Business Programs (2011-2012)
Karier:
1. Business Development Manager Universal Print Group (2001-Jan 2004)
2. Business Executive Manager, Dairy Business, Nestlé ZAR (Afrika Selatan) (Jan 2004-2008)
3. Channel Category Sales Manager Nestlé Malaysia (Jan 2009-Sep 2009).
4. Sales Director Nestlé Southern Africa Region (Okt 2009-Apr 2013)
5. Managing Director Nestlé Nigeria (Mei 2013-Sep 2016)
6. President Director Nestlé Indonesia (Okt 2016-sekarang)
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo