Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Bisnis

Program Makan Siang Gratis Berpotensi Kerek Harga Kebutuhan Pokok, Ini Alasannya

Program makan siang gratis dianggap bisa berpotensi meningkatkan harga sejumlah barang kebutuhan pokok. Mengapa?

25 Februari 2024 | 16.28 WIB

Airlangga Sebut Program Makan Siang Gratis dan Minum Susu Prabowo Masuk APBN 2025
Perbesar
Airlangga Sebut Program Makan Siang Gratis dan Minum Susu Prabowo Masuk APBN 2025

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta -Syaiful Bahari, Ketua Komunitas Industri Beras Rakyat (KIBAR), menyoroti bahwa program makan siang gratis yang diinisiasi oleh Prabowo-Gibran tidak hanya berpotensi mengganggu pasokan beras, tetapi juga dapat merugikan pasar dan harga daging ayam.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

“Sama halnya dengan dengan beras. Produksi daging ayam nasional rata-rata 3,4 juta (kilogram) per tahun, kebutuhan program (makan siang gratis) 1,2 juta per tahun,” ujar Syaiful kepada Tempo, Sabtu, 24 Februari 2024.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Syaiful menegaskan, ini berarti sepertiga dari produksi daging ayam akan dialokasikan untuk program makan siang gratis. Kondisi tersebut dapat berdampak pada kerusakan pasar daging ayam, sehingga akan memicu harga daging ayam semakin mahal. 

Menurut dia, kemungkinan impor daging ayam juga dapat terjadi jika pasokan dalam negeri tidak mencukupi.

“Wacana ini bukannya tidak mungkin dan pernah ada sebelumnya untuk impor daging ayam dari Brazil yang lebih murah. Karena harga pokok produksi unggas di dalam negeri jauh lebih mahal dibandingkan di luar,” lanjutnya.

Adapun dengan kebutuhan susu 4 juta kilo liter yang harus dipenuhi untuk program ini, menurut Syaiful tidak realistis.

“Bagaimana mungkin bisa dipenuhi dari dalam negeri. Hampir 75 persen susu diimpor untuk memenuhi konsumsi dalam negeri,” kata Syaiful.

Kemudian, Syaiful juga menyoroti wacana untuk mengembangkan peternakan sapi perah di 20 ribu desa untuk memenuhi program susu gratis.

“Berapa tahun dibutuhkan untuk mengembangbiakkan sapi perah? Program yang tidak masuk akal. Sudah pasti pemenuhannya adalah melalui impor,” imbuhnya.

Ia menyimpulkan, program makan siang dan susu gratis tidak mempunyai keterkaitan dengan swasembada pangan. Justru malah dapat merusak struktur produksi, pasar, dan harga domestik. 

“Program TKN itu seolah-olah populis dengan memberi makan bagi orang miskin. Tetapi sebenarnya, program tersebut malah mengorbankan rakyat Indonesia yang saat ini membutuhkan pangan murah dan terjangkau,” lanjut Syaiful.

Sebelumnya, Wakil Ketua Dewan Pakar Tim Kampanye Nasional (TKN), Budiman Sudjatmiko, mengatakan bahwa program makan siang dan susu gratis membutuhkan hingga 6,7 juta ton beras per tahun, 1,2 juta ton daging ayam per tahun, 500 ribu ton daging sapi per tahun, 1 juta ton daging ikan per tahun, berbagai kebutuhan sayur mayur dan buah-buahan, hingga kebutuhan 4 juta kiloliter susu sapi segar per tahun. 

Adapun untuk memenuhi kebutuhan pangan dari program tersebut, nantinya pemerintah akan menggunakan konsep collaborative farming yang melibatkan industri pangan nasional. Nantinya, sekitar 10 ribu desa dari total 74.961 desa juga diproyeksikan untuk dilibatkan dalam memproduksi padi.

ADINDA JASMINE PRASETYO, YOHANES MAHARSO



Adinda Jasmine

Bergabung dengan Tempo sejak 2023. Alumni President University jurusan International Relations, Strategic and Defense Studies. Menulis tentang Politik, Ekonomi, Seni, dan Gaya Hidup. Bukunya terbit pada 2020, Gender Inequality in Southeast Asia: An Itinerary to the Light.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus