Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi melaporkan Chevron Indonesia Company belum menyetor revisi rencana pengembangan proyek gas laut dalam atau Indonesia Deepwater Development tahap 2. Juru Bicara SKK Migas Taslim Z. Yunus mengatakan kelanjutan proyek yang berlokasi di Lapangan Gendalo dan Gehem, Selat Makassar itu, tertahan lantaran harga minyak masih rendah.
"Harga minyak masih rendah, keekonomiannya masih marginal," ujar Taslim kepada Tempo, Kamis, 9 Maret 2017.
Baca: Pemerintah Ambil Alih Pengelolaan Migas dari Chevron
Chevron sudah mengajukan dokumen pengembangan lapangan atau POD sejak akhir 2015. Namun berkasnya dikembalikan SKK Migas lantaran kurang lengkap. Pengembalian ini otomatis memperpanjang proses pembahasan proyek.
Deputi Pengendalian Perencanaan SKK Migas Gunawan Sutadiwiria mengatakan revisi POD gas laut dalam berisi perubahan jadwal produksi dan nilai investasi proyek. Sebab, dokumen proyek gas laut dalam itu disusun dengan asumsi harga minyak US$ 100 per barel. Sedangkan saat ini, harga minyak dunia di pasar Brent US$ 53,11 per barel.
Harga minyak yang diperdagangkan di pasar West Texas Intermediate juga tidak jauh berbeda, yaitu US$ 50,28 per barel. "Kan mereka masih pakai acuan harga minyak yang lama, US$ 100 per barel," ujarnya beberapa waktu lalu.
Baca: Enam Perusahaan Berkompetisi Ambil Aset Chevron
Gunawan menambahkan, jadwal produksi Lapangan Gendalo-Gehem juga direvisi pada 2023. Pada POD saat ini, target produksi proyek adalah pada 2020.
Untuk memperbaiki keekonomian proyek, Chevron turut meminta insentif pemerintah berupa kredit investasi di atas 100 persen. Namun usulan tersebut ditolak pemerintah.
Pasalnya, insentif investment credit tidak pernah melebihi 50 persen. Apalagi nilai investasi proyek IDD diperkirakan tidak sampai US$ 10 miliar. Vice President Public Affairs Chevron Indonesia Yanto Sianipar tidak membalas konfirmasi yang dilayangkan Tempo.
Berdasarkan catatan Kementerian Energi, produksi lapangan Gendalo dan Gehem diperkirakan mencapai 1,1 miliar kaki kubik gas alam dan 47 ribu barel kondensat per hari. Sedangkan proyek IDD Tahap I di lapangan Bangka sudah berproduksi sejak akhir Agustus 2016 lalu. Kapasitas produksinya mencapai 110 juta standar kaki kubik (mmscfd) gas dan 4.000 barel kondensat per hari. Di proyek Bangka, Chevron memiliki 62 persen saham. Sisanya 20 persen dimiliki ENI serta 18 persen milik Tip-Top Oil and Gas Co.
Kemarin, Chevron menemui Wakil Presiden Jusuf Kalla di kantor wapres. Perusahaan menyatakan masih berkomitmen berbisnis di Indonesia sekalipun sudah menjual asetnya di blok migas East Kalimantan dan fasilitas panas bumi di Lapangan Drajat dan Salak, Jawa Barat. Yanto mengatakan Chevron terus berusaha meningkatkan produksi dan mengurangi biaya operasi. "Kami ingin meneruskan kerja sama yang baik dengan pemerintah," ujarnya.
ROBY IRFANY | ADITYA BUDIMAN
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini