Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Utama Perum Bulog, Budi Waseso, yakin kinerja perusahaan yang dipimpinnya tidak akan terganggu meskipun dua direksinya dirotasi oleh Kementerian BUMN. Ia menyebutkan bahwa rotasi dalam tubuh perusahaan pelat merah merupakan hal yang biasa. "Tidak ada pengaruhnya. Rotasi hal yang biasa," katanya, Kamis, 11 Oktober 2018.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Pernyataan Budi Waseso menanggapi keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara Rini Soemarno yang kembali merombak jajaran direksi Perum Bulog. Pergantian jajaran direksi perusahaan pemerintah itu merupakan kali kedua pada tahun ini setelah Rini mencopot Direktur Utama Perum Bulog sebelumnya yakni Djarot Kusumayakti.
Rini Soemarno kemarin mengukuhkan pemberhentian dengan hormat Andrianto Wahyu Adi sebagai Direktur Komersial dan Febriyanto sebagai Direktur SDM & Umum. Penyerahan Salinan Keputusan Menteri BUMN Nomor: SK-267/MBU/10/2018 ini dilakukan oleh Deputi Bidang Usaha Industri Agro dan Farmasi Kementerian BUMN Wahyu Kuncoro dan dihadiri oleh Direksi Perum Bulog di Kantor Kementerian BUMN, Jakarta, Rabu, 10 Oktober 2018.
Untuk posisi kosong yang ditinggalkan, Menteri BUMN itu mengangkat Bagya Mulyanto sebagai Direktur SDM dan Umum Perum Bulog. Selain itu Judith Jubilina Dipodiputro diangkat sebagai Direktur Komersial Perum Bulog.
Bagya Mulyanto sebelumnya menjabat sebagai Direktur Utama PT Perkebunan Nusantara VIII yang merupakan anak usaha holding BUMN Perkebunan. Sementara Judith Jubilina Dipodiputro sebelumnya menjabat sebagai Staf Khusus II Menteri BUMN yang bertugas memantau dan mengevaluasi kebijakan pembiayaan dan pelaksanaan belanja modal (capex) BUMN serta kebijakan inisiatif strategis BUMN.
Sebelumnya, Budi Waseso dan Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita sempat berpolemik soal impor beras. Budi Waseso berkukuh stok beras cukup dan menentang keputusan impor komoditas itu, sementara Enggartiasto bersikeras keputusan impor diputuskan bersama di rapat koordinasi kementerian perekonomian. Keduanya akhirnya bertemu karena dipanggil Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution.
Dalam pertemuan itu, Budi menyampaikan soal pernyataannya selama ini bahwa stok beras di gudang Bulog telah mencapai sekitar 2,4 juta ton atau lebih tinggi dari batas aman stok cadangan beras nasional sebesar 1 hingga 1,5 juta ton. "Ya dibantah, gitu aja, saya hanya jelaskan, ya sudah selesai," ujarnya. Dalam pertemuan itu, dia juga mengatakan tidak ada teguran atas terjadinya silang pendapat antara dia dan Enggar.
Akibat kejadian ini, Istana juga turun tangan dan meminta Darmin Nasution mengajak keduanya duduk bersama. Kepala Staf Presiden Moeldoko mengatakan kisruh ini tejradi akibat masalah komunikasi antara Budi Waseso dan Enggartiasto Lukita. "Enggak boleh begitu, semua harus terkoordinasi dengan baik," kata Moeldoko, Kamis, 20 September 2018.
BISNIS