Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Rupiah terus melemah dalam sepekan terakhir. Apa saja penyebabnya? Berdasarkan kurs tengah bank sentral Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) per Jumat, 6 Oktober 2023, rupiah amblas ke Rp 15.628 atau melemah 109 poin dari awal pekan pada Senin, 2 Oktober 2023 yang sebesar Rp 15.519.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Melemahnya nilai mata uang rupiah terhadap US$ seiring dengan menurunnya transaksi perdagangan ekspor-impor," kata pengamat ekonomi dari Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Rizal Taufiqurrahman pada Tempo, Sabtu, 7 Oktober 2023.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dia menjelaskan, ini berarti daya saing komoditas ekspor menyebabkan nilai ekspor juga turun. Sehingga di dalam negeri permintaan dolar AS semakin naik dan berakibat menekan rupiah di pasar uang.
Pengamat pasar uang Ariston Tjendra menyebut melemahnya rupiah terjadi karena kebijakan suku bunga acuan Amerika Serikat (AS). Menurut Ariston, kebijakan itu memicu penguatan dolar AS pada tahun ini. Kebetulan, kata dia, kebijakan moneter negara Paman Sam itu menjadi perhatian pelaku pasar global.
"Dolar AS mempengaruhi transaksi global. Transaksi pembayaran valas global yang memakai dolar AS masih tinggi, sekitar 46 persen menurut data Swift, dibandingkan nilai tukar lainnya," jelas Ariston pada Tempo, Sabtu.
Selain, lanjut dia, dolar AS juga memegang sekitar 60 persen cadangan devisa global. Jadi ketergantungan dunia terhadap dolar AS masih tinggi.
"Potensi pelemahan rupiah terhadap dolar AS mungkin bisa terjadi hingga akhir tahun ini," ujar dia.
Sebab, di sisa tahun ini ekspektasi pasar mengenai kebijakan suku bunga tinggi AS masih belum surut. Ariston menyebut, pasar mungkin menunggu hasil Rapat Bank Sentral AS pada Desember ini.