Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Sibuk-sibuk Kadin

Dalam munas kadin ke-4 berhasil memilih pengurus baru, hasyim ning pengusaha sipil terpilih sebagai ketua umum menggantikan marsekal suwoto sukendar. (eb)

6 Oktober 1979 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"TAK ada kata-kata yang bisa saya ucapkan, selain terimakasih atas kepercayan saudara-saudara." Suara H.N.M. N. Hasjim Ning, 62 tahun, yang pekan lalu terpilih sebagai Ketua Umum Kadin Pusat menggantikan Marsekal Suwoto Sukendar, terasa tersendat-sendat, penuh haru. Ruangan Agung di Hotel Bali Beach, tempat berlangsungnya sidang, yang tadinya riuh itu mendadak hening sebentar. Tapi cepat disusul gemuruh tepuk tangan. Apa sebabnya Hasjim Ning yang tampil sebagai pemenang dalam Munas Kadin yang ke-4 itu? Beberapa peserta memang tak habis pikir kenapa pengusaha sipil itu yang terpilih. Sebab, dua ketua umum sebelumnya adalah militer, satunya almarhum Brigjen Sofjar dari kelompok Dharmaputra Kostrad. Sedang Marsekal Suwoto, bekas KSAU itu, sampai menjabat dua kali sebagai Ketua selama 6 tahun. Beberapa peserta menghubungkannya dengan pernyataan Menhankam Jenderal Jusuf, sehari sebelum dimulainya Munas itu, yang melarang para perwira ABRI untuk aktif jadi pengusaha (Lihat Nasional). Tapi agaknya, Wakil Presiden Adam Malik, dalam pidatonya sudah memberi ancang-ancang pula, persyaratan minimal apa yang dibutuhkan oleh seorang Ketua Kadin itu. "Orangnya selain harus berpengalaman dan telah diakui kemampuannya dalam dunia usaha, harus bersedia untuk mendedikasikan diri sepenuhnya kepada kepentingan Kadin dengan meninggalkan kepentingannya sendiri." Non pribumi Suatu persyaratan yang sungguh sulit, memang. Tapi, seperti kata I. Nyoman Muna, Ketua I Perbanas, adalah Hasjim Ning yang paling tepat. "Perusahaannya tumbuh bukan karena fasilitas, tapi karena kemampuannya dan kerja keras," kata bankir itu. Pengusaha yang pernah terkenal sebagai "raja mobil" itu, selain mulai dari bawah sejak usia 22 tahun, juga pernah 'hinggap' di bidng politik, terakhir sebagai salah seorang Ketua Partai IPKI. Tapi ada satu hal lagi yang perlu dicatat dari keterangan Ketua Perbanas itu "Tokoh Hasjim ini diharapkan bisa mempertemukan golongan pribumi dan non-pri." William Suryadjaja dari PT Astra International Inc. dan Antony Salim, direktur PT Indocement, Saudara Lim Soei Liong, antara lain duduk dalam kepengurusan DPH Kadin Pusat yang baru. Tapi dari komposisi para pengurus yang baru boleh dibilang merupakan suatu koalisi yang menampung berbagai unsur. Anggota Dewan Pengurus Harian (DPEI) yang tadinya 8 orang, kini membengkak menjadi 24 orang, termasuk Marsekal Suwoto Sukendar sebagai Ketua Kehormatan. Barisan ketua, minus Ketua Umum dan Kehormatan, kini juga berjumlah 13 orang, tadinya cuma 3. Dari 13 Ketua Kadin itu antara lain Julius Tahiya, DI Suparman (wiraswasta), M. Thaib GobeI dari PT National-Gobel, Probosutedjo, Ny Samsinur Adnus dari Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia (Iwapi), Fahmi Idris dan Aburizal Bakrie, keduanya dari HIPMI Pusat. Masuknya unsur HIPMI itu cukup menarik, mengingat tadinya pengusaha muda sama-sekali tak terwakili dalam Kadin, setidaknya tak punya hak untuk dipilih. Fahmi Idris sendiri berhasil meraih 39 suara dalam pemilihan formatur, mengalahkan Hasjim Ning yang mendapat 35 suara dan Probosutedjo, 22 suara. Beberapa pengamat khawatir Kadin yang sekarang ini terlalu besar, hingga kurang "fleksibel". Ada benarnya. Apalagi dengan sistim ketua sebanyak itu, soalnya bisa bertele-tele. Menurut Hasjim Ning, pengambilan keputusan pun nantinya tak lagi mengenal suara terbanyak, tapi didasarkan musyawarah dan mufakat. Bisa dibayangkan betapa sulitnya suatu keputusan diambil. Tapi kata Ketua Hasjim Ning, "ini lebih baik, karena lebih banyak orang yang harus bertanggungjawab." Membagi-bagi tanggungjawab itu memang baik dilakukan setiap organisasi. Apalagi yang duduk di situ adalah orang-orang yang sibuk, yang memiliki berbagai perusahaan. Ketua Hasjim sendiri kini lebih menonjol di bidang pariwisata: PT Pacto dan Hotel Kemang, di samping beberapa usaha lain seperti perakitan mobil. Begitu pula Probosutedjo, Julius Tahiya dan lainnya. Itulah sebabnya kini mereka ingin mendudukkan seorang Direktur Eksekutif sebagai pekerja penuh di Kadin. Siapa yang bakal mengisinya masih dirundingkan. Siapa saja, harus menyelesaikan program yang banyak. Menurut Hasjim, yang pertama ialah pelaksanaan Keppres 14, untuk lebih banyak memberikan kesempatan buat pengusaha modal lemah. Juga tentang penyederhanaan prosedur perizinan dagang dan industri dan konsolidasi ke dalam Kadin sendiri Sedang sistim 'bapak angkat', agar perusahaan yang besar membantu yang kecil, menurut Hasjim, merupakan program setelah jangka pendek. Dia banyak menekankan perlunya Kadin lebih dekat dengan Pemerintah, mengingat 80% pasaran di tangan pemerintah. "Sebagai partner katanya. Dan para wakil 'partner" itu memang tampil, bahkan sempat 'buka praktek' meneima para peserta Kadin. Wapres Adam Malik, Menpan Sumarlin, Menteri Perindustrian A.R. Suhud, dan Irjenbang Sudjono Humardhani yang rajin muncul bersama tongkat komandonya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus