Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Sleman - Kedai Kopi semakin menjamur di Indonesia. Tidak hanya pasar dari asing, namun tempat nongkrong lokal yang menjual kopi berkualitas wahid juga semakin menjamur di berbagai daerah. Sebut saja, Kopi Kenangan, Kopi Janji Jiwa. Setiap kedai kopi juga pastinya memiliki pilihan jenis kopi berbeda sehingga menjadi karakteristik mereka.
Baca: Bolehkah Minum Kopi saat Perut Masih Kosong di Pagi Hari?
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Bekerja di warung kopi atau pun kafe kopi tak melulu langsung berjibaku melayani pelanggan. Melainkan ada me time atau waktu khusus buat diri mereka sendiri untuk menikmati kopi. Seperti yang diterapkan kedai kopi asal Seattle, Washington, Amerika serikat yang didirikan pada 1971, Starbucks Coffee yang ekspansi juga ke Indonesia. Mereka menggelar acara ngopi bersama saban pagi yang disebut dengan coffee testing.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Bangun pagi ibarat kondisi belum fit setelah aktivitas malam. Jadi pagi waktu tepat untuk ngopi,” kata salah satu Asisten Manajer Starbucks Coffee di Yogyakarta, Riccardo Reza saat ditemui Tempo di sela acara Mini Workshop Starbucks Bersama Barista Inklusi di Pusat Rehabilitasi Yakkum, Sleman, Jumat, 26 April 2019.
Coffee testing merupakan kegiatan rutin yang dilakukan barista maupun karyawan Starbucks coffee sebelum kedai dibuka. Sementara saban tanggal 17 dilakukan national coffee talk yang digelar barista bersama pelanggan.
Rupanya kegiatan mengawali hari dengan kopi itu tak sekedar minum kopi saja. Melainkan ada tahapan cara menikmati kopi ala Starbucks. Di hadapan peserta workshop, Ricardo memperagakan dan mengajak peserta mengikuti sembari memegang gelas kecil isi seduhan kopi hitam masing-masing.
Tahap pertama adalah smelt, yaitu mengidentifikasi macam aroma yang keluar dari seduhan kopi. Caranya dengan menutup permukaan atas gelas dengan tiga jari, yaitu jari telunjuk, tengah, dan manis. Sedangkan jempol menahan bagian dasar gelas. Lewat celah gelas yang tersisa, aroma kopi dihirup dari lubang hidung.
“Orang awam biasanya hanya mencium aroma kopi saja. Sebaliknya yang paham kopi mencium aroma ini seperti aroma manis kacang-kacangan,” papar Riccardo sambil menghirup aroma dari gelas kopinya.
Kedua, slurp atau menyeruput. Caranya dengan menyeruput kopi hingga menimbulkan bunyi. Lantaran tak sekedar meminum larutan kopi, melainkan juga menyeruput udaranya. “Semua bercampur di mulut. Cara itu untuk menikmati kopi,” kata Riccardo.
Ketiga, merasakan rasa kopi dengan lidah. Cara ini untuk mengetahui bagian lidah mana yang merasakan rasa kopi yang paling menonjol. Semisal, ujung lidah untuk merasakan rasa manis, panggal lidah merasakan rasa pahit, dan samping lidah merasakan asam atau asin.
Keempat, barulah mengindentifikasi karakter kopi dari tingkatan rasanya, seperti kuat, tebal, atau pun encer. “Kopi yang dinikmati tanpa gula. Jadi bisa tahu rasa pahit, manis, asamnya,” kata Riccardo.
Baca: Empat Pekerja Mal Kejang Usai Minum Kopi di Pinggir Jalan
Ketika Ricardo menanyakan karakter kopi yang diidentifikasi, peserta workshop ada yang menyahut. “Rasanya ada sepet-sepetnya,” celetuk peserta.