Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Bisnis

Sofie Pok, Tukang Cukur Top yang Pernah Tak Didukung Orang Tua

Sofie Pok mengatakan bahwa melalui mencukur, ia mendapat banyak sekali pelajaran. Simak kisahnya.

14 November 2019 | 20.06 WIB

Tukang cukur asal Amerika Serikat Sofie Pok dalam acara Barber Lyfe Indonesia vol. 4 di Jakarta. 14 November 2019. TEMPO/Sarah Ervina Dara Siyahailatua
Perbesar
Tukang cukur asal Amerika Serikat Sofie Pok dalam acara Barber Lyfe Indonesia vol. 4 di Jakarta. 14 November 2019. TEMPO/Sarah Ervina Dara Siyahailatua

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Menjadi tukang cukur biasa dilakoni laki-laki. Namun, wanita asal Amerika Serikat berdarah Kamboja, Sofie Pok, justru memilih profesi ini.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

Sebelum memulai karir di dunia cukur rambut, Sofie adalah seorang mahasiswa biasa. Namun, setelah masuk di tahun ketiga, ia justru merasa bosan dan mencoba dunia potong rambut.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

“Saya sempat mendapat penolakan dari keluarga karena saya perempuan dan dalam kultur kami, seni bukanlah suatu pekerjaan yang pasti,” katanya saat ditemui dalam acara Barber Lyfe Indonesia vol. 4 di Jakarta pada 14 November 2019.

Namun, Sofie tetap maju karena menjadi tukang cukur ternyata menyenangkan. Tepatnya pada 2009, Sofie akhirnya memutuskan untuk berhenti kuliah dan bekerja sebagai tukang cukur di sebuah salon.

“Di sana saya hanya dibayar enam dolar (sekitar 85 ribu rupiah),” jelasnya.

Tetapi Sofie tetap menjalankan apa yang digemarinya. Ia mengatakan bahwa melalui mencukur, dirinya mendapat banyak sekali pelajaran.

“Kreativitas saya tidak dibatasi. Saya bisa berkarya dengan bebas untuk memberikan yang terbaik pada pelanggan. Saya juga diajarkan bagaimana mengenal tentang perbedaan individu dari setiap pelanggan yang saya tangani,” tegasnya.

Hingga empat tahun bekerja di salon, ia pun akhirnya membuka studio cukur pribadi pada 2016. Namanya pun semakin dikenal di Amerika Serikat. Bahkan, berbagai penghargaan seperti Best Female Barber of the Year dalam acara Barbercon 2017 dan Men’s Shot of the Year dalam acara Behind the Chair pada tahun yang sama telah didapatkannya.

“Sekarang saya memasang tarif 150 dolar (sekitar 2,1 juta) untuk sekali potong,” ujarnya.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus