Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Tempo.Co, Jakarta - Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengatakan lembaganya terus berada di pasar untuk memantau stabilitas nilai tukar rupiah di tengah kondisi wabah Virus Corona alias COVID-19. Ia mengatakan Bank Sentral terus melakukan stabilisasi berupa intervensi baik lewat tunai, spot, surat berharga negara atau domestic non delivery forward alias DNDF.
Untuk menjaga kestabilan rupiah, Perry mengatakan Bank Indonesia telah menggelontorkan duit hingga Rp 168,2 triliun sepanjang tahun ini untuk membeli surat berharga negara di pasar sekunder. "SBN tersebut adalah yang dilepas asing dan kami beli dalam rangka stabilisasi, jadi selain memasok valuta asing, kami juga membeli SBN di pasar sekunder," ujar Perry dalam siaran langsung, Selasa, 24 Maret 2020.
Perry memastikan cadangan devisa yang dimiliki Bank Indonesia lebih dari cukup untuk melakukan stabilisasi nilai tukar. Ke depannya, ia akan berkoordinasi dengan pemeritah untuk memastikan kecukupan pasokan cadangan devisa untuk stabilisasi rupiah.
Menurut Perry, saat ini kepanikan global sudah mulai turun meski masih cukup tinggi. Ia melihat kepanikan itu terjadi bahkan di negara besar seperti Amerika Srikat maupun Eropa. Namun, ia percaya kebijakan yang diambil bank sentral AS, The Fed, dapat menstabilkan kondisi di tengah kepanikan itu.
Saat ini pun menilai nilai tukar rupiah sudah mulai stabil apabila melihat permintaan dan penawaran yang berjalan cukup baik di pasar valuta asing. "Terima kasih kepada para eksportir yang sudah memasok dolar di pasar valas," kata Perry.
Kurs rupiah menguat 0,48 persen atau 80 poin pada penutupan perdagangan sesi pertama hari ini. Data Bloomberg mencatat penguatan nilai tukar rupiah juga bersamaan dengan apresiasi mata uang Asia.
Penguatan mata uang Asia dipimpin oleh won (Korea Selatan) yang menguat 0,9 persen dan rupiah berada di posisi kedua tepat di bawah won. Sementara itu, kurs rupiah di Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) berada di posisi Rp 16.486 per dolar AS, menguat 0,7 persen dari perdagangan sebelumnya Rp 16.608 per dolar AS.
Kepala Riset dan Edukasi Monex Investindo Futures Ariston Tjendra mengatakan bahwa penguatan rupiah ini terpengaruh oleh pengumuman mendadak Bank Sentral AS atau The Fed Senin malam lalu. The Fed rencananya bakal merilis program kredit ke pebisnis AS melalui perbankan telah memberikan sentimen positif ke sebagian aset berisiko sebagai respons atas pandemi virus Corona ini.
CAESAR AKBAR | BISNIS
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini