Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Pendiri dan pemilik maskapai penerbangan Susi Air, Susi Pudjiastuti, merespons soal kabar harga tiket pesawat domestik yang lebih mahal dari internasional. “Karena ekonomi scale-nya tidak cukup. Kenapa??? Frekuensi tidak cukup, connectivity tidak bagus, biaya-biaya service yang tidak pake prinsip service,” cuit Susi di akun Twitter pribadinya @susipudjiastuti dikutip Senin, 1 Agustus 2023.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Mantan Menteri Kelautan dan Perikanan itu mencontohkan biaya-biaya tersebut, yakni landing fee, navigation fee, groundhandling fee, coordination fee, dan lainnya. “Bali airport landing feenya lebih mahal dari Selatar. Avtur yang mahal, lebih mahal dari luar negeri. Semua kemahalan dibanding harga di negara lain. Akhirnya lebih baik tidak ada penerbangan daripada dimurahkan/ dibebaskan biaya-biaya pendukung,” kata Susi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Masalah tingginya harga tiket pesawat rute domestik kembali ramai dibahas setelah diungkit oleh akun TikTok bernama Paruikgang. Ia membandingkan harga tiket penerbangan domestik dan internasional.
Akun tersebut menampilkan tangkapan layar atau gambar harga tiket pesawat Jakarta-Singapura dan Jakarta-Padang. Dengan maskapai yang sama yaitu Batik Air, harga tiket untuk rute Jakarta-Padang sebesar Rp 1,16-1,19 jutaan, sementara tiket Jakarta-Singapura hanya Rp 361-487 ribuan.
“Jauh banget beda harganya,” tulis akun tersebut. Hingga berita ini ditayangkan video di akun TikTok tersebut disukai oleh 525 kali, mendapatkan komentar 312, dan disebarkan sebanyak 7 kali.
Respons Kemenhub
Kementerian Perhubungan (Kemenhub) sebelumnya pernah angkat bicara soal harga tiket pesawat rute internasional yang dianggap lebih mahal ketimbang dengan rute domestik. Juru Bicara Kemenhub Adita Irawati mengatakan kenaikan harga tiket pesawat bukan masalah sepanjang masih dalam batas koridor tarif batas atas (TBA) dan tarif batas bawah (TBB).
Selanjutnya: Adita menjelaskan bahwa TBA dan TBB bisa...
Adita menjelaskan bahwa TBA dan TBB bisa mengalami fluktuasi. “Fluktuasi dalam koridor tersebut dipengaruhi komponen avtur sekitar 30 persen, biaya perawatan 20 persen, dan biaya lain-lainnya,” kata Adita kepada Tempo, Senin, 6 Maret 2023.
Karena biaya avtur menggunakan kurs dolar AS, menurut Adita, kenaikan harga avtur berpengaruh terhadap harga tiket. Selain itu, karena ada koridor TBA dan TBB, mekanisme pasar pun terjadi. Artinya, semakin tinggi permintaan, maka harga dalam koridor cenderung mendekati TBA. Begitupun sebaliknya.
Menjelang hari raya lebaran, kemungkinan hal itu pun bisa terjadi. Namun sebagai regulator, Adita mengatakan kementeriannya menetapkan dan mengawasi penerapan TBA dan TBB tersebut. “Sepanjang maskapai menjual harga tiket dalam koridor tersebut, diperbolehkan. “Pemerintah juga mempunyai tugas menjaga supply dan demand yang selaras,” tuturnya.
Harga tiket pesawat mahal juga sempat dikeluhkan Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo ketika mengunjungi Wakatobi dan Raja Ampat, Papua. Perry menyebut lonjakan harga tiket menjadi masalah yang harus diatasi bersama. Dia mewanti-wanti kenaikan harga yang diatur pemerintah atau administered price bisa memicu inflasi—termasuk harga tiket pesawat.
MOH KHORY ALFARIZI | RIRI RAHAYU