Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
HUTAN Indonesia kembali mendapat perhatian orang luar. Kali
ini dari Finlandia, negeri dingin di Utara yang terkenal dengan
mandi sauna. Melalui sebuah seminar awal pekan lalu di Hotel
llilton, Jakarta, negeri itu menawarkan telnologinya. Finlandia
ingin membannl Indonesia mengolah sumber daya alam itu melalui
industri pembuatan pulp dan kertas.
Seminar itu diselenggarakan oleh TVW Paper Machine Group Oy,
suatu gabungan divisi pembuatan mesin pulp, kertas dan karton
dari tiga perusahaan raksasa di Finlandia: Oy Tampella Ab Valmet
Oy dan Oy Wartsila Ab. Omzet bersama ketiga perusahaan induk TVW
itu tahun lalu saja mencapai US$2,3 milyar. Tak heran mereka
mencari pasaran baru buat produk mereka. "Tujuannya memang untuk
mempromosikan ekspor Finlandia ke Indonesia," ujar Dutabesar
Finlandia, Tuure Mentula ketika menyambut seminar itu.
Dalam pembuatan mesin pulp dan kertas, TVW memang boleh
diandalkan. Ketiga divisi yang tergabung dalam TVW itu saling
melengkapl membuat berbagai jenis mesin untuk pengolahan kayu
hingga menjadi produk, menjangkau seluruh proses pembuatan pulp
dan kertas.
Kertas Bekas
Bagi Finlandia industri ini selama lebih seratus tahun
merupakan andalan ekonominya. Lebih 80% produk yang diekspor
Finlandia berhubungan dengan industri ini. "Tak ada lain yang
bisa dikerjakan Finlandia kecuali bikin pulp dan kertas," ujar
Jali Sven Raita, Kepala Perwakilan Timur Jauh dari TVW yang juga
mengetuai seminar itu. Karena itu Finlandia berada dalam garis
depan menciptakan teknologi termaju dan mutakhir di bidang
industri pulp dan kertas.
Menurut Raita, sebagian besar ekspor kayu Indonesia masih
berbentuk gelondongan. Mereka yakin mutu produk inibisa
ditingkatkan hingga tercapai harga yang lebih baik. Caranya tentu
dengan mengubah kayu itu menjadi pulp dan kertas yang, selain
untuk ekspor, juga bisa memenuhi kebutuhan dalam negeri yang
semakin meningkat.
Industri pulp dan kertas di Indonesia memang belum berarti.
Sebagian terbesar akan kebutuhan pulp, kertas dan kartun diimpor
dari berpuluh negeri. Untuk tahun 1978 jumlah kertas dan kartun
yang diimpor mencapai 237 ribu ton seharga US$108 juta (Rp 67,5
milyar). Suplai terbesar datang d,ari Swedia sebanyak 32,3 ribu
ton. Bagian Finlandia hanya 11,4 ribu ton, tapi negeri ini
mensuplai Indonesia dengan seperempat kebutuhannya akan pulp dan
kertas bekas.
Tahun 1978 Indonesia mengimpor bahan ini sebanyak 130 ribu
ton dengan harga US$35 juta (Rp 21,9 milyar). Dari jumlah
tersebut pulp mencapai 110 ribu ton.
Produksi pulp kayu Indonesia masih jauh di bawah kapasitas
terpasang, sebanyak 22 ribu ton per tahun. Produksi pulp dari
serat bukan kayu mencapai 40 ribu ton per tahun. Sedang produksi
berbagai jenis kertas dan kartun tahun 1978 mencapai 184 ribu
ton meski kapasitas yang tersedia dari 46 perusahaan mencapai
332 ribu ton per tahun.
Yang menarik dari seminar ini, selain TVW mempromosikan mesin
raksasa dengan proses mutakhir, terdapat juga beberapa makalah
yang menguraikan kemungkinan pemanfaatan limbah kayu dan kertas
bekas. Menurut Raita, sisa kayu dalam penebangan hutan banyak
sekali berupa gelondongan yang tak memenuhi syarat dan dahan
kayu. Juga limbah dari penggergajian dan pabrik plywood
berlimpah. Semua itu bisa diolah dengan berba.gai proses
teknologi mutakhir.
Seorang peserta dari Indonesia mengemukakan kenyataan,
kapasitas pabrik kertas di Indonesia umumnya di bawah 50 on
sehari. Tapi produksi Tampella ada yang 70 ton sampai 1200 ton
sehari. "Jadi itu bukan problem,' ujar Raita. Di samping itu TVW
juga membaharui pabrik yang sudah tua. Di Indonesia terdapat
pabrik PN Padalarang yang sudah bekerja sejak tahun 1922. Kini
produknya semakin turun mutunya. Di Finlandia misalnya masih
terdapat mesin yang berumur 100 tahun lebih. Selain dirawat dan
ditingkatkan serta dilengkapi mesin lain, juga mesin itu
dimanfaatkan untuk membuat kertas jenis khusus. Berkata Raita:
"Mesin kertas tak akan bisa musnah "
TVW saat ini terlibat dalam beberapa perundingan dengan
pemerintah Indonesia. Antara lain adalah proyek pembuatan kertas
untuk kantung semen. Proyek ini dimatangkan bersama Perhutani
dan direncanakan berkapasitas sekitar 100 ribu ton setahun.
Kertas ini memang harus memenuhi berbagai standar dan mutu
internasional. "Tapi belum ada yang berupa komitmen," ujar
Raita.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo