Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Rajamandala akhirnya resmi beroperasi setelah sempat ditunda tiga tahun karena sejumlah masalah. Sebelumnya, PLTA berkapasitas 15 MW ini ditarget beroperasi komersial atau melakukan commercial operation date (COD) pada 2017.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Setelah melakukan perbaikan desain dan penerapan teknologi untuk mengatasi masalah, serta turunnya izin pelaksanaan proyek dari PT PLN (Persero), pengerjaan konstruksi akhirnya rampung pada 2019. PLTA Rajamandala ini berlokasi di Desa Cihea, Kecamatan Haurwangi, Kabupaten Cianjur.
Pelaksana Tugas (Plt) Direktur Utama Indonesia Power M. Ahsin Sidqi mengatakan PLTA Rajamandala berkapasitas 47 MW ini merupakan program pembangunan pembangkit EBT sesuai dengan Rencana Usaha Penyedia Tenaga Listrik (RUPTL) PLN tahun 2019-2028, beroperasi sejak 12 Mei 2019.
Dengan total nilai investasi sebesar US$150 juta, pembangunan PLTA ini membutuhkan waktu sekitar tujuh tahun sejak 2012. Adapun pembangunan PLTA melalui kerja sama antara Anak Perusahaan PLN yaitu Indonesia Power (IP) dengan Kansai Electric Power Corp Japan (KEPCO) menjadi PT Rajamandala Electric Power.
PLTA Rajamandala memanfaatkan aliran sungai Citarum yang merupakan keluaran dari PLTA Saguling. PLTA ini tidak memerlukan pembangunan waduk atau bisa disebut dengan kategori PLTA run-off-river.
“PLN dan Indonesia Power sangat welcome dan komit dengan penggunaan Renewable Energy dan pengembangan komunitas, maka kami yakin jika Indonesia Power akan menjadi leading dalam bidang Renewable Energy," kata Ahsin, Jumat (12/7/2019).
PLTA Rajamandala ditarget memperkuat sistem interkoneksi kelistrikan Jawa - Bali melalui transmisi 150 kV (kilo Volt) Cianjur-Cigereleng sekaligus sebagai backup system kelistrikan khususnya di wilayah Kabupaten Bandung.
PLTA Rajamandala menjadi PLTA yang menggunakan Penstock terbesar di Indonesia dan Spiral Case berbahan beton pertama di Indonesia. Selain itu juga merupakan PLTA dengan waterway sistem labirin pertama di Indonesia dengan diameter terowongan terbesar di Indonesia.
BISNIS