Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah atau KemenKopUKM Teten Masduki meminta pelaku industri otomotif agar meningkatkan kemitraan dengan UMKM. Salah satunya dengan program hilirisasi industri komponen sebagai bagian industrialisasi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Saya mengajak industri otomotif untuk ikut mengembangkan UMKM otomotif melalui kemitraan agar bisa naik kelas," kata Teten melalui keterangan tertulisnya saat mengisi acara Hilirisasi Industri melayu UKM atau IKM dan koperasi khusus dalam industri komponen otomotif di Gedung Kemenkop, Jakarta Selatan pada Jumat, 8 Maret 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dia menyebut berdasarkan data Badan Pusat Statistik, industri otomotif pada 2023 menyumbang Rp 311 triliun atau sekitar 9 persen dari total PDB Industri pengolahan non migas. Sedangkan pertumbuhan industri otomotif selama 5 tahun terakhir (2018-2023) sebesar 4,1 persen.
Data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) menyebutkan tahun 2023 produksi otomotif roda 4 sebanyak 1,395 juta unit. Sedangkan menurut ASEAN Automotive Federation atau AAF jumlah produksi sepeda motor atau kendaraan roda 2 sebanyak 5,2 juta unit.
Teten mengatakan kemampuan UKM industri otomotif sangat baik lantaran mampu memasok 65 persen komponen kendaraan dan alat berat. Menurutnya keberadaan UMKM penyedia komponen otomotif penting, terutama saat ini ketika sedang dibangun ekosistem kendaraan listrik (electrical vehicle/ EV).
“Tren industri EV juga memberi peluang lebih besar bagi UMKM untuk menjalin kemitraan sebagai rantai pasok bagi industri assembling kendaraan," katanya.
Teten menyebut untuk mengembangkannya, pemerintah telah mengeluarkan Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 2021 tentang Bidang Penanaman Modal. Dalam aturan ini, Industri Besar Bidang Komponen (KBLI 129300) diwajibkan bermitra dengan UKM Komponen.
Teten mengatakan saat ini telah dibangun rumah produksi bersama atau RBP untuk mendorong pengembangan ekosistem industri otomotif yang inklusif. Dengan adanya RBP ini diharapkan ke depan dapat mendukung inovasi, desain, hingga memudahkan akses pembiayaan.
"Melalui kolaborasi, inovasi dan kemitraan yang kuat kita pastikan bahwa UMKM di Indonesia tidak hanya tumbuh dan berkembang, tetapi juga berkontribusi pada ekonomi nasional dan pembangunan ekonomi yang berkelanjutan," ujarnya.
President dan Chairman Institut Otomotif Indonesia (IOI) I Made Dana Tangkas menyatakan bahwa pihaknya berencana untuk meningkatkan produksi otomotif khusus roda 2 dan 3 berbasis EV. IOI juga berencana akan membangun ekosistem EV dari hulu ke hilir seiring dengan tren peningkatan kendaraan yang ramah lingkungan.
"Jadi kami ingin membumikan produk otomotif ini tidak hanya body dan interiornya saja tetapi bicara hingga ke baterai. Kami ingin mengembangkan usaha baru dan koperasi baru," kata Made.
Direktur Eksekutif Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO) Rudolf Saut mengusulkan empat poin penting yang perlu menjadi perhatian semua pemangku kepentingan. Pertama, pemerintah dan dunia usaha termasuk UMKM perlu membuat roadmap pengembangan industri manufaktur yang mampu memberikan nilai tambah. Kedua, program hilirisasi harus dilakukan dengan meningkatkan kemampuan pelaku industri dengan UMKM dan koperasi.
"Hilirisasi ini juga perlu memperhatikan pengembangan SDM dan teknologi yang terintegrasi dari hulu ke hilir serta perlunya peningkatan profesionalisme dalam mewujudkan industri yang berkelanjutan," kata Rudolf.
DESTY LUTHFIANI