Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Bisnis

Transaksi Saham Disebut Turun Lantaran Bitcoin, Ini Penjelasan Bos Indodax

CEO Indodax Oscar Darmawan membantah rumor soal penurunan transaksi saham karena lonjakan transaksi Bitcoin.

14 April 2021 | 14.26 WIB

Bitcoin (virtual currency) coins. REUTERS/Dado Ruvic/Illustration
material-symbols:fullscreenPerbesar
Bitcoin (virtual currency) coins. REUTERS/Dado Ruvic/Illustration

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - CEO Indodax Oscar Darmawan mengatakan kenaikan transaksi Bitcoin terjadi karena tren global. Fenomena ini juga terjadi di Indonesia, meskipun volume transaksi bitcoin di Tanah Air tidak naik terlalu besar karena faktor masyarakat yang belum terlalu teredukasi terkait komoditas tersebut.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

Oscar menyebutkan, kehadiran Bitcoin sejatinya sama dengan kehadiran teknologi blockchain, yakni hadir bukan untuk menggantikan ekosistem selama ini. Tetapi teknologi ini hadir untuk melengkapi ekosistem yang sudah ada.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Jadi, kenaikan transaksi Bitcoin memang terjadi di seluruh dunia dan hampir setiap negara. Bitcoin seperti kripto sendiri hadir untuk melengkapi ekosistem yang sudah ada dan bukan untuk menggantikan," kata Oscar dalam keterangan tertulis, Rabu, 14 April 2021.

Ia pun membantah rumor seputar transaksi saham turun karena naiknya transaksi kripto. Menurutnya, hal itu tidak benar karena volume dan transaksi kripto memang sedang naik di seluruh dunia.

Fenomena ini terjadi, tutur Oscar, karena harga kripto seperti Bitcoin yang menguat. Di sisi lain, tipe trader kripto sendiri berbeda dengan trader saham. "Trader kripto lebih high risk high gain. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan soal fenomena ini," ujarnya.

Transaksi Bitcoin di Indonesia sendiri sebenarnya tergolong kecil, yaitu hanya 1 persen dari transaksi volume global. Menurut DIA, kenaikan volumenya tidak terlalu signifikan dibandingkan tahun 2017 lalu.

Kendati demikian, saat ini Bitcoin sudah ditetapkan sebagai komoditas dan dilindungi kepemilikannya oleh hukum. Hal-hal mengenai Bitcoin dan aset kripto sudah diatur oleh Kementerian Perdagangan dan BAPPEBTI.

Indonesia, ujar Oscar, saat ini berusaha menjadi salah satu tempat transaksi Bitcoin yang dikenal di masyarakat global dan diharapkan ikut meningkatkan devisa ke Indonesia. Menurut dia, Indonesia sedang berusaha mengejar ketinggalan dan sejajar dengan negara-negara maju lainnya di bidang kripto maupun blockchain.

Walaupun, Indonesia tidak akan menggunakan cryptocurrency sebagai alat pembayaran. Ditambah lagi dengan adanya pernyataan bahwa pemerintah akan membuat uang digital atau melakukan digitalisasi Rupiah.

Menurut Oscar, hadirnya Bitcoin dan kripto lain juga untuk kesejahteraan rakyat Indonesia. Tujuan ini juga sama dengan hadirnya komoditas lain.

"Bitcoin, kripto dan produk dari teknologi blockchain lainnya juga hadir untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat Indonesia. Teknologi finansial itu juga lahir untuk meningkatkan literasi keuangan digital di Indonesia," ujar Oscar.

Sebelumnya diberitakan harga Bitcoin kembali menembus rekor tertinggi sepanjang masa menjelang pencatatan saham perdana Coinbase Global Inc. pekan ini. Berdasarkan data Coinmarketcap pada Selasa, 13 April 2021, cryptocurrency dengan valuasi terbesar ini sempat melonjak ke level US$ 63.253,13 atau sekitar Rp 926 juta (dengan asumsi Rp 14.648 per dolar AS).

Di bursa perdagangan aset kripto Indodax, Bitcoin menyentuh angka Rp 939,98 juta pada pukul 20.13 WIB, setelah sempat menyentuh level Rp 940 juta.

CAESAR AKBAR | BISNIS

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus