Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TAHUN 2017 sudah berakhir. Rupiah menutup tahun di tingkat 13.600 per dolar Amerika Serikat, 0,7 persen lebih lemah dibanding pada awal 2017 di posisi 13.500. Namun rupiah sebenarnya menguat cukup lama di tingkat 13.300 selama Februari-September. Salah satu penyebabnya adalah Standard & Poor's memberikan peringkat "layak investasi" BBB-. Perbaikan peringkat ini berhasil menarik tambahan dana asing masuk.
Tapi, menjelang akhir tahun, pasar mengantisipasi naiknya bunga dolar Amerika serta ekspektasi perbaikan ekonomi Amerika dari pengurangan tarif pajak, yang membuat rupiah kembali melemah ke tingkat 13.600. Naiknya peringkat Indonesia satu tingkat oleh Fitch Ratings ke BBB pada Desember belum berdampak.
Namun indeks harga saham gabungan (IHSG) di bursa berbeda. Dari level 5.300 di awal tahun, IHSG secara perlahan dan konsisten menguat sampai 6.250 pada akhir tahun. Nilainya bertambah 17,9 persen. Hengkangnya dana asing yang cukup mempengaruhi nilai rupiah ternyata kurang berdampak di bursa saham. Sebab, alur dana dalam negeri tahun ini cukup banyak hijrah ke bursa saham, menggantikan dana asing yang pergi. Pemilik dana lokal rupanya lebih giat mencari pendapatan yang lebih tinggi daripada bunga deposito bank, yang cenderung menurun sepanjang tahun.
Sebenarnya tujuan Bank Indonesia menurunkan bunga adalah memulihkan ekonomi kita, ketimbang menaikkan IHSG. Namun dampak pertumbuhan dari penurunan suku bunga acuan BI, dari 4,75 persen pada awal tahun menjadi 4,25 pada akhir tahun, belum terasa. Terlihat bahwa pemulihan ekonomi tidak cukup hanya dari penurunan suku bunga, tapi perlu perhatian tren indikator lain juga.
Yang utama adalah terus melemahnya belanja atau konsumsi masyarakat. Ini akibat pendapatan masyarakat yang masih relatif stagnan. Salah satu sebabnya adalah efisiensi dan perampingan dunia usaha akibatnya melemahnya pasar. Ini karena pesatnya perkembangan teknologi informasi yang membutuhkan tenaga kerja, yang bukan hanya lebih sedikit, tapi juga lebih terampil. Tren ini ternyata tidak hanya mendorong otomasi dan efisiensi usaha, tapi juga mengubah pola konsumsi masyarakat lewat dunia maya, yang akhirnya membuat pertokoan dan mal lebih sepi.
Belanja negara ternyata juga ada batasnya. Sebab, belanja negara tidak dapat terlalu melampaui pendapatan. Akhirnya tinggal dua faktor lain yang menjadi tumpuan pemulihan. Pertama, peningkatan pendapatan dari ekspor. Kedua, naiknya investasi. Prospek ekspor menjelang akhir tahun ayam api terlihat mulai cerah dengan pulihnya ekonomi dunia. Hal ini tecermin dengan naiknya harga komoditas ekspor kita.
Tambahan investasi membutuhkan perbaikan iklim usaha, dan itu butuh waktu. Pemerintah mungkin dapat memberi peluang yang lebih lebar dan berimbang bagi dunia usaha, swasta, ataupun badan usaha milik negara agar dampak penyerapan tenaga kerja dapat lebih terasa. Sudah banyak paket kemudahan usaha yang dikeluarkan pemerintah. Hanya, pelaksanaannya di lapangan serta kesamaan visi dan bahasa instansi pemerintah dari pusat hingga ke daerah masih perlu diperbaiki.
Usaha pemerintah membangun infrastruktur fisik, seperti jalan, rel kereta api, serta pelabuhan udara dan laut, sudah mulai terlihat hasilnya. Misalnya, dengan selesainya jalur kereta api antara Bandar Udara Soekarno-Hatta dan pusat kota Jakarta. Tinggal infrastruktur nonfisik, seperti birokrasi yang lebih efisien dan ramping, serta realisasi kebijakan yang lebih konsisten dan transparan yang perlu perhatian. Peran teknologi informasi di pemerintah perlu ditingkatkan agar efisiensi birokrasi dapat lebih berdampak pada 2018.
Manggi Habir - Kontributor Tempo
Kurs | |
Pembukaan 22 Desember 2017 | 13.558 |
Rp per US$ | 13.548 |
29 Desember 2017 |
IHSG | |
Pembukaan 22 Desember 2017 | 6.181 |
6.340 | |
Pembukaan 29 Desember 2017 |
Inflasi | |
Bulan sebelumnya | 3,58% |
3,3% | |
Oktober 2017 YoY |
BI 7-Day Repo Rate | |
4,25% | |
14 November 2017 |
Cadangan Devisa | |
31 Oktober 2017 | US$ 126,547 miliar |
Miliar US$ | 125,967 |
30 November 2017 |
Pertumbuhan PDB | |
2016 | 5,02% |
5,2% | |
Target 2017 |
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo