Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Eksekutif Asosiasi Asuransi Syariah Indonesia (AASI) Erwin Noekman memperkirakan dihentikannya izin ibadah umrah oleh Pemerintah Arab Saudi akan menimbulkan potensi kerugian bagi sejumlah sektor, termasuk asuransi syariah.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Dalam hitungannya, Erwin memperkirakan disetopnya izin umrah bisa memukul industri asuransi syariah karena tiap tahunnya Indonesia memberangkatkan 1 juta orang untuk melakukan ibadah itu. "Ada potensi kehilangan pendapatan senilai lebih kurang Rp 50 miliar," ujarnya, Kamis, 27 Februari 2020.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Angka potensi kehilangan pendapatan itu didapatkan dengan asumsi nilai asuransi perjalanan yang dibayarkan calon jemaah umrah senilai Rp 50.000 per orang. Nilai itu adalah terencah setiap polis asuransi perjalanan umrah. Nilai kerugian polis ini dikalikan jumlah jemaah setiap tahunnya.
Sebelumnya Kementerian Luar Negeri Arab Saudi menetapkan untuk menyetop izin kunjungan ibadah umrah dan akses ke makam Nabi Muhammad di Madinah untuk sementara akibat wabah virus Corona yang kian meluas.
Beberapa negara yang dianggap berisiko menyebarkan virus Corona adalah China, Iran, Italia, Korea, Jepang, Thailand, Malaysia, Indonesia, Pakistan dan Afghanistan. Selain itu Irak, Filipina, Singapura, India, Lebanon, Suriah, Yaman, Azerbaijan, Kazakhstan, Uzbekistan, Somalia dan Vietnam juga ikut terimbas.
Direktur Utama PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. Irfan Setiaputra sebelumnya mengatakan penutupan sejumlah rute internasional, salah satunya penerbangan umrah, akibat penyebaran Virus Corona menghantam penerimaan perseroan. "Tidak bisa kami nafikkan ada penurunan pendapatan cukup signifikan lewat penutupan rute," ujar dia di Kantor Garuda Indonesia, Jakarta, Kamis, 27 Februari 2020.
Namun demikian, Irfan enggan membicarakan berapa besar kerugian perusahaan akibat kebijakan internasional itu. "Kami bukan perusahaan yang ngomel karena kerugian," tutur dia. Justru, ia melihat kondisi tersebut sebagai tantangan direksi untuk memperbaiki kinerja perseroan dalam kondisi apa pun.
Terkait kebijakan pemerintah Arab Saudi itu, Irfan mengatakan masih terus berkomunikasi dengan pemangku kepentingan, khususnya bagi calon jemaah umrah yang telah memiliki visa dan jadwal keberangkatan, serta jemaah yang tengah beribadah di sana dan akan pulang. "Kami akan berkomitmen, kami mengedepankan kepentingan pelanggan kami yang sudah memiliki visa Umrah," ujar Irfan.
Saat ini, kata Irfan, sudah ada jemaah umrah yang tidak bisa berangkat ke Arab Saudi lantaran kebijakan tersebut. Padahal, ia mengatakan sempat ada jemaah yang bisa berangkat ke Tanah Suci pada hari ini. "Sebelumnya ada beberapa penerbangan yang sudah berangkat, tapi saya baru dapat informasi ada penerbangan yang ditolak dan tidak boleh berangkat, ini perlu kami sikapi," kata Irfan.
Irfan mengatakan telah melakukan koordinasi dengan pemangku kepentingan dan pihak Indonesia sedang melobi Arab Saudi agar jemaah yang telah mengantongi visa bisa berangkat. "Jadi kami mendapat informasi bahwa sudah ada yang tidak boleh berangkat."
BISNIS | CAESAR AKBAR