Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) II Kartika Wirjoatmodjo memastikan pengoperasian kereta lintas rel terpadu (LRT) Jabodebek sepenuhnya akan beroperasi menggunakan sistem tanpa pengemudi atau driverless. Pengoperasian otomatis ini diyakini dapat menekan potensi kecelakaan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
“Nanti kereta LRT tidak pakai masinis. Jadi semua by sistem sehingga risiko kecelakaan rendah. Jalannya kereta sudah dikontrol, kalau terjadi apa-apa (sistem tersebut) akan mengunci (perjalanan kereta),” ujar Kartika alias Tiko saat ditemui di Depo LRT Jabodebek, Kalimalang, Bekasi, Rabu, 10 November 2021.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Sebelumnya terjadi kecelakaan dua rangkaian kereta LRT Jabodebek di Stasiun Harjamukti-Ciracas pada 25 Oktober 2021. Kecelakaan berlangsung saat kereta menjalani uji coba dinamis. Uji coba itu bertujuan untuk melihat kekuatan dan kelaikan sarana.
Tiko memastikan kecelakaan tidak disebabkan oleh sistem persinyalan kereta maupun faktor prasarana. Seluruh prasarana, kata dia, berfungsi sesuai dengan ekspektasi awal.
“Tidak ada masalah prasarana. Jadi kita mengevaluasi bagaimana untuk kita melakukan testing. Kita harapkan semua berjalan automatic sehingga signal-nya dapat mengontrol pergerakan,” ujar Tiko.
Seperti desain awalnya, LRT akan beroperasi menggunakan tingkat otomasi Grade of Atomation (GOA) level 3. Sistem ini memungkinkan kereta berjalan tanpa kendali masinis. Kendati begitu, kereta tetap akan dipantau oleh awak kereta atau train attendant yang bakal mengambil alih kemudi bila kereta mengalami masalah.
Untuk memastikan sistem persinyalan tak terkendala, LRT akan menjalani uji coba integrasi pada rentang Februari hingga Juni 2021. Tiko menyebut LRT bakal membuat standar operasional prosedur (SOP) baru untuk memastikan uji coba berlangsung lancar.
Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) Pembangunan Prasarana LRT Jabodebek Ferdian Suryo Adhi Pramono mengatakan pihaknya tengah berfokus mematangkan sistem persinyalan. Sistem persinyalan memakan porsi 10 persen dari total penyelesaian prasarana.
“Saat ini penyelesaian prasarana sudah 88 persen. Memang ini terkesan terlambat, tapi jangan khawatir karena yang belum selesai ini sisanya adalah persinyalannya,” ujar Ferdian saat ditemui di tempat yang sama.
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.