Warga membawa barang bawaan saat naik ke Perahu Raft (perahu rakit) di Danau Wisata Matano, Soroako, Luwu Timur, Sulsel, 27 November 2015. Jalur penyeberangan danau tersebut menggunakan perahu raft dan perahu katinting sebagai alat transportasi penyeberangan antara wilayah Soroako Sulsel ke wilayah Morowali, Sulawesi Tengah. TEMPO/Fahmi Ali
Warga mengangkat sepeda motor dari atas perahu katinting saat tiba di dermaga penyeberangan Danau Wisata Matano, Soroako, Luwu Timur, Sulsel, 27 November 2015. Jalur penyeberangan danau tersebut menggunakan perahu raft dan perahu katinting sebagai alat transportasi penyeberangan antara wilayah Soroako Sulsel ke wilayah Morowali, Sulawesi Tengah. TEMPO/Fahmi Ali
Perahu Raft (perahu rakit) membawa mobil menyeberangi Danau Wisata Matano, Soroako, Luwu Timur, Sulsel, 27 November 2015. Jalur penyeberangan danau tersebut menggunakan perahu raft dan perahu katinting sebagai alat transportasi penyeberangan antara wilayah Soroako, Sulsel ke wilayah Morowali, Sulawesi Tengah. TEMPO/Fahmi Ali
Sebuah mobil tiba setelah menyeberang diangkut dengan perahu raft (perahu rakit) membawa di Danau Wisata Matano, Soroako, Luwu Timur, Sulsel, 27 November 2015. Jalur penyeberangan danau tersebut menggunakan perahu raft dan perahu katinting sebagai alat transportasi penyeberangan antara wilayah Soroako, Sulsel ke wilayah Morowali, Sulawesi Tengah. TEMPO/Fahmi Ali
Seorang warga mempersiapkan perahu jenis katinting sebagai alat transportasi penyeberangan di Danau Wisata Matano, Soroako, Luwu Timur, Sulsel, 27 November 2015. Jalur penyeberangan danau tersebut menggunakan perahu raft dan perahu katinting sebagai alat transportasi penyeberangan antara wilayah Soroako, Sulsel ke wilayah Morowali, Sulawesi Tengah. TEMPO/Fahmi Ali
Perahu katinting menjadi alat transportasi penyeberangan di Danau Wisata Matano, Soroako, Luwu Timur, Sulsel, 27 November 2015. Sebagai kawasan wisata, danau ini memiliki keunikan ekosistem dan keragaman hayati yang sangat endemis sehingga dimasukkan dalam kategori Global Ecoregions oleh World Wide Fund for Nature. TEMPO/Fahmi Ali