Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Ketika ada masalah keluarga, Anda mungkin sering mendengar nasihat yang dinilai sebagai norma masyarakat umum, seperti, "Jangan bercerai, pertahankan pernikahan," atau "Dahulukan kepentingan orang lain, baru kepentingan sendiri." Tak jarang saran tersebut justru membuat kesehatan mental terganggu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Beberapa norma masyarakat memang cocok buat sebagian orang tapi belum tentu buat yang lainnya. Contohnya, pernikahan Anda tak bahagia tapi tak mau bercerai karena khawatir penilaian masyarakat.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Terapis pernikahan dan keluarga Aparna Sagaram mengatakan banyak nasihat terkait pandangan masyarakat yang seolah harus kita ikuti padahal belum tentu tepat. Berikut di antaranya, dilansir dari HuffPost.
Kebahagiaan harus jadi tujuan
Kebahagiaan memang tujuan umum banyak orang. Tapi pakar mengatakan jangan jadikan kebahagiaan seperti hadiah.
"Orang selalu berusaha mencapai kebahagiaan tapi menurut saya bukan tujuan utama. Kebahagiaan bukan tujuan utama karena itu tak berbeda dengan perasaan lainnya, Anda merasakannya kemudian menghilang," tutur Sagaram.
Bercerai itu salah
Apakah dari sisi agama atau masyarakat, perceraian biasa dianggap tidak baik. Padahal buat sebagian orang, bercerai lebih baik dibanding bertahan dalam rumah tangga tak bahagia.
"Jika ada kekerasan dalam rumah tangga, cara terbaik dan aman adalah meninggalkan pasangan," ucap Natalie Moore, terapis keluarga dan pernikahan di California.
Keluarga adalah segalanya
Buat sebagian orang, memang benar keluarga adalah segalanya. Tapi buat sebagian lain, keluarga penuh kekerasan dan sikap serta perilaku yang menyakitkan.
"Apa jadinya bila keluarga Anda toksik? Bagaimana bila keluarga justru membuat sakit? Apa yang akan terjadi bila keluarga justru membuat trauma?" tanya LaWanda Hill, psikolog di California.
Dahulukan kepentingan orang lain
Menurut Moore, keyakinan ini lebih pas buat people pleaser atau orang yang suka menyenangkan orang lain atau orang yang perfeksionis karena buat mereka yang terpenting adalah memprioritaskan orang lain dibanding diri sendiri.
Harus punya anak di usia tertentu
Sejak muda, kita telah dibombardir pertanyaan, "Kapan menikah?" lalu "Kapan mau punya anak?" Akhirnya, muncullah harapan untuk memenuhi pertanyaan itu di usia 25, 35, 40, 45 atau yang lainnya. Menurut Hill, tekanan itu membuat orang merasa ada yang salah bila tak bisa mewujudkannya sehingga memunculkan rasa malu dan bersalah.