Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Gaya Hidup

Ada Miracle in Cell No. 7, Ini Pelajaran Hidup yang Bisa Dipetik

Film asal Korea Selatan Miracle in Cell No. 7 hadir dalam versi Indonesia. Simak beberapa pelajaran hidup yang bisa Anda petik dari film ini.

12 Mei 2020 | 15.55 WIB

Film Miracle in Cell No. 7 Versi Indonesia. (Dok. Falcon Pictures)
Perbesar
Film Miracle in Cell No. 7 Versi Indonesia. (Dok. Falcon Pictures)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Kabar gembira datang bagi para pecinta film di Tanah Air. Film asal Korea Selatan Miracle in Cell No. 7 yang tayang pada 2013 rampung dikemas dalam versi Indonesia dengan judul yang sama.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

Secara garis besar, film yang telah diadaptasi juga oleh negara lain, seperti Turki, Filipina, dan India itu bercerita tentang seorang ayah yang memiliki kelainan jiwa. Ia dituduh membunuh seorang anak yang membuatnya harus masuk ke dalam penjara. Teman-teman di dalam sel pun membantunya untuk bebas agar hidup bahagia bersama putrinya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ada berbagai pelajaran dan nilai kehidupan yang bisa dipetik dari film Miracle in Cell No. 7. Melansir dari hollywoodreporter.com dan vivaentertainment.ph, berikut adalah tiga diantaranya.

Cari tahu kedua sisi cerita sebelum menilai seseorang
Dalam film ini, kita diajarkan tentang pentingnya tidak hanya percaya pada satu pihak saja, namun juga mendengarkan pendapat dari orang lain. Sebab, Miracle in Cell No. 7 menunjukkan bagaimana seseorang diperlakukan tidak adil lantaran mendengar pendapat satu orang.

Setiap orang pasti memiliki hati nurani dan kebaikan
Miracle in Cell No. 7 juga mengajarkan kita tentang tidak menganggap remeh orang-orang yang memiliki masa kelam. Dikisahkan sebagai narapidana di penjara, beberapa orang mungkin ditangkap karena tindak kriminal. Namun walaupun apa yang dilakukan sebelumnya salah, mereka tetap memiliki hati nurani dan bisa menanamkan kebaikan.

Menghargai waktu dan setiap kebersamaan
Di akhir cerita, sang ayah akhirnya dijatuhi hukuman mati lantaran tidak bisa membela diri akibat kondisi fisik yang dihadapi. Itu mengingatkan kita bahwa sebagaimana kita berjuang, setiap orang sudah memiliki takdirnya masing-masing. Sehingga menghargai setiap momen bersama orang terkasih harus dialami sebelum rasa kehilangan itu hadir.

SARAH ERVINA DARA SIYAHAILATUA | HOLLYWOODREPORTER | VIVAENTERTAINMENT

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus