Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Tidak mudah bagi penyintas kanker anak untuk kembali ke sekolah atau bermain dengan langsung bermain dengan teman-teman seusianya. Proses pengobatan yang memakan waktu lama bisa membuat mereka merasa tersisihkan dan tidak percaya diri untuk kembali berada di lingkungan sekolah dan teman sebayanya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Psikolog dari RDKD Nelly Hursepuny memberikan 4 cara. "Yang utama, perlu ada kolaborasi antara orang tua dan guru untuk mengembalikan semangat dan rasa percaya diri penyintas kanker anak," katanya pada webinar bertajuk 'Meningkatkan Kepercayaan Diri Para Penyintas Kanker Anak'.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
1. Komunikasi
Nelly menyarankan agar masyarkat khususnya orang tua bisa menjadi pendengar yang baik baik penyintas kanker anak. Sebaiknya pula jangan selalu menyela apa yang dikarakan anak. "Biasanya anak, khususnya yang remaja akan marah bila omongannya disela. Bisa saja mereka akan langsung komentar 'sudah mama saja yang bicara'," kata Nelly.
Para orang tua dan masyarakat sebenarnya cukup mendengarkan saja omongan para penyintas kanker anak. "Kita cukup jadi pendengar yang baik saja. Anak akan bicara apapun keinginan mereka." katanya.
Nelly pun mengingatkan agar membuka komunikasi yang jujur dengan para penyintas kanker anak. Menurutnya, banyak penyintas kanker yang biasanya memiliki tekanan psikologis. Salah satu cara membangun komunikasi yang jujur adalah ketika mengingatkan untuk minum obat. Menurut Nelly, banyak orang tua yang langsung kasih obat yang perlu diminum itu ke anak tanpa bicara apapun.
Padahal, bisa saja orang tua benar-benar melihat anaknya ketika memberikan obat. "Adanya eye contact bisa jadi salah satu cara komunikasi jujur antara orang tua dan anak," kata Nelly.
2. Kolaborasi
Menurut Nelly, perlu ada kolaborasi peran antar semua pihak untuk meningkatkan rasa percaya diri anak penyintas kanker eperto keluarga, teman, dokter juga para guru. Misalnya dalam membangun hubungan dengan keluarga, Nelly menyarankan agar penyintas kanker anak dilatih untuk bisa melakukan merencanaan berbagai kebiasaan anak.
Kolaborasi pun perlu dilakukan dengan para teman sebayanya. Para penyintas kanker anak biasanya lebih enak mengobrol dengan tema-teman sebaya. "Para teman sebanya penting untuk memberi semangat kepada para penyintas.
Kolaborasi pun perlu dilakukan bersama para guru. Menurut Nelly, guru dan kepala sekolah berperan penting memberikan situasi nyaman di kelas. Biasanya penyintas kanker anak harus menjalani pengobatan yang lama di rumah sakit. Akibatnya, ia semakin tidak terlalu akrab dengan temen-temen sekolahnya. Belum lagi, penampilan fisik penyintas kanker anak bisa saja berbeda bila mereka harus melakukan amputasi di salah satu anggota tubuhnya. Hal ini membuat anak-anak sekalas bingung bagi yang belum paham. "Dalam kasus ini, para guru pun bisa memberikan pengertian kepada anak apa itu penyakit kanker sehingga semua anak di kelas bisa lebih paham bahwa penyakit kanker bukan penyakit menular," katanya.
3. Koneksi
Nelly menyambut baik bagaimana relawan kanker memberikan bantuan mereka. Komunitas dan organisasi memberikan akses yang mudah melalui Instagram atau email untuk memberikan pendidikan dan penyebaran informasi ke masyarakat. Hal itu bisa mengakomodasi para penyintas mendapatkan informasi, sekaligus mencurahkan isi hati mereka dan kekecewaannya. Informasi kanker anak pun bisa menjadi informasi untuk publik sehingga masyarakat bisa lebih paham soal penyakit itu, serta mengurangi stigma yang ada di masyarakat.
4. Komunitas
Komunitas untuk mengembalikan rasa percaya diri para penyintas pun perlu ada. Nelly mengatakan komunitas bisa menjadi tempat melepas emosi para penyintas kanker anak. Di wadah itu, para penyintas bisa saling melepas emosi, dan saling berbagi. Mereka pun bisa bertemu tanpa sekat dengan para sesamanya. "Komunitas bisa berikan motivasi dan semangat yang baru, dan bisa yakinkan masyarakat bahwa kanker bukan penyakit menular," kata Nelly.
Baca: Pantat Sering Gatal, Awas Gejala Kanker Anus