Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Kesehatan

Angka Kelainan Jantung Bawaan pada Bayi Tinggi, Gaya Hidup Buruk Orang Tua Jadi Faktor

Para anak lahir dengan kelainan jantung bawaan 80 persen tidak tertolong karena.

3 Juni 2024 | 16.55 WIB

Ilustrasi seks dan jantung (pixabay.com)
Perbesar
Ilustrasi seks dan jantung (pixabay.com)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Medis Pertamedika Indonesia Healtcare Corporation (IHC) Lia Gardenia Partakusuma mengatakan angka kelahiran bayi dengan jantung bawaan masih cukup tinggi di Indonesia. Salah satu terjadinya masalah kelainan jantung bawaan pada anak ini karena aplikasi gaya hidup yang tidak baik sebelum kehamilan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

“Data WHO 1 dari 100 bayi lahir ada pasien bayi kritis yang harus ditangani di Indonesia, angka penyakit jantung bawaan pada anak cukup tinggi. Kira-kira 5 juta bayi, 45-50 ribu di antaranya mengalami kelainan jantung, pada umumnya 80 persen dari mereka tidak tertolong,” kata Lia dalam konferensi pers penandatanganan kerja sama Pertamedika IHC dengan IJN Malaysia di Jakarta, Senin pada 3 Juni 2024.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Lia mengatakan banyaknya nyawa yang tidak bisa tertolong pada bayi dengan kelainan jantung bawaan karena mereka harus mengantre satu sampai dua tahun untuk melakukan operasi.

Hal itu karena tingginya jumlah penduduk Indonesia yang tidak sebanding dengan jumlah dokter jantung dengan subspesialis sehingga tidak bisa menutupi angka penyakit jantung yang semakin bertambah termasuk pada anak.

Selain itu, gaya hidup yang tidak sehat sedari muda seperti kurang tidur, jarang bergerak dan olahraga serta konsumsi junk food, hingga kondisi yang tidak siap secara kesehatan saat hamil membuat masih banyak anak yang menderita penyakit jantung bawaan.

“Setiap kelainan bawaan akibat adanya kekurangan oksigen waktu hamil atau ibu kurang sehat waktu hamil, itu yang harus kita pupuk, bahwa gimana caranya ibu optimal jadi dia siap hamil, kan banyak sekarang yang gak siap hamil masih gaya hidup nggak beda sebelum hamil itu menyebabkan banyak kondisi di mana anak tidak tumbuh dengan sempurna,” katanya.

Untuk itu diperlukan percepatan pelayanan kesehatan jantung dan kolaborasi dari pihak lain untuk meningkatkan kapasitas dokter jantung, terutama untuk menangani kelainan jantung bawaan pada anak yang masih sangat diperlukan.

Kolaborasi dari negara lain seperti yang dilakukan IHC dengan Institut Jantung Nasional Malaysia juga diupayakan agar dokter bisa belajar mengenai teknologi yang digunakan di luar agar bisa diadaptasi ke Indonesia.

“Sekarang ini dokter penyakit jantung anak di kita sangat diperlukan, spesifik lagi yang belum pernah ada orang hamil dengan kelainan jantung, nanti mungkin di IJN ada obgyn yang spesialis di jantung, jadi ibu dan anak ada kekhususan,” ucapnya.

Ia pun mendukung agar masyarakat Indonesia bisa belajar dari Malaysia terutama soal kedisiplinan masyarakatnya dalam menjaga kesehatan dari yang paling sederhana dengan mengurangi gaya hidup tidak sehat --seperti kebiasaan merokok, hipertensi karena sering mengonsumsi makanan berlemak-- untuk mencegah angka kematian di usia muda akibat jantung.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus