Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Gaya Hidup

Apa Faktor Penyebab Homoseksualitas LGB?

Para ahli umumnya mempercayai ada lima faktor penyebab LGB terkait dengan masalah biologis, genetik, hormonal, psikodinamik, dan sosiokultural.

23 Februari 2016 | 08.20 WIB

Seorang wanita mengecat mukanya dengan motif bendera LGBT saat acara parade Gay Pride di Tel Aviv, Israel 12 Juni 2015. Parade tahunan ini berlangsung untuk yang ke-17 kalinya. REUTERS/Amir Cohen
Perbesar
Seorang wanita mengecat mukanya dengan motif bendera LGBT saat acara parade Gay Pride di Tel Aviv, Israel 12 Juni 2015. Parade tahunan ini berlangsung untuk yang ke-17 kalinya. REUTERS/Amir Cohen

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

TEMPO.CO, Bandung - Penyebab seseorang menjadi lesbian, gay, dan biseksual (LGB) sampai saat ini masih belum bisa diketahui dengan pasti. Para ahli, menurut psikiater di Rumah Sakit Hasan Sadikin, Bandung, Teddy Hidayat, umumnya mempercayai ada lima faktor penyebab LGB, yakni masalah biologis, genetik, hormonal, psikodinamik, dan sosiokultural. 

Berdasarkan teori pengaruh orang tua, kata Teddy, dikatakan bahwa LGB terjadi karena sosok ayah yang lemah atau tidak ada, sementara peran ibu begitu dominan. “Sejak kecil seorang LGB lebih dekat dengan ibu dan menjauhi ayah, demikian pula menjauhi persaingan dengan saudara,” katanya, Senin, 22 Februari 2016. 

Teori lain menyebutkan LGB disebabkan pengalaman seksual pada usia dini. Adapun teori penyebab homoseksual karena faktor genetik salah satu buktinya adalah riset tentang anak kembar yang berasal dari satu telur (monozigot). Bila saudaranya homoseksual, peluang kembarannya homoseksual adalah 100 persen. Sedangkan pada anak kembar dari sepasang telur berpeluang 12 persen. 

Selain itu, kata Teddy, berbagai studi menunjukkan bahwa homoseksual laki-laki pada otaknya ditemukan perbesaran pada region anterior hipotalamus dibandingkan heteroseksual. Teori psikodinamika Frued menyatakan bahwa homoseksual adalah paranoid yang terpendam, sehingga relasi dengan pasangannya sering begitu posesif, kaku, dan bila keinginannya tidak terpenuhi bukan tidak mungkin akan memaksakan kehendak dan bersikap agresif atau melakukan tindak kekerasan. 

Sebagian besar LGB, kata Teddy, adalah ego sintonik, yaitu yang bersangkutan merasa nyaman dengan kondisi homoseksualnya. LGB ego sintonik tidak dapat dikelompokkan dalam gangguan jiwa karena tidak tercantum dalam daftar penyakit yang ada di dunia menurut WHO. Begitu pula dalam klasifikasi gangguan jiwa yang disusun American Psychiatric Association. LGB sudah tidak tercantum lagi. 

ANWAR SISWADI

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Clara Maria Tjandra Dewi

Clara Maria Tjandra Dewi

Lulus dari Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Padjadjaran pada 1996. Bergabung dengan Tempo pada 2001. Kini menulis untuk desk hukum dan kriminal yang mencakup isu hukum, kriminal dan perilaku.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus