Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Kementerian Kesehatan telah mengeluarkan surat edaran mengenai kewaspadaan terhadap penyakit legionellosis di Indonesia. Namun, apa sebenarnya penyakit legionellosis tersebut?
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Melansir dari laman kemenkes.go.id, legionellosis adalah penyakit infeksi bakteri akut yang bersifat new emerging diseases yang disebabkan legionella pneumophila. Legionellosis adalah istilah umum untuk penyakit legionnaires dan pontiac fever. Legionnaires ditandai dengan pneumonia dan dapat menyebabkan kematian.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Kewaspadaan terhadap penyakit ini diakibatkan adanya kasus pneumonia di Argentina yang belum diketahui juga penyebabnya. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menerima laporan dari MOH Argentina ada 9 kasus pneumonia misterius. Laporan tersebut disampaikan pada 30 Agustus 2022. Kemudian per 3 September 2022, total ada 11 kasus dengan 4 kematian komorbid.
Penyakit legionellosis pertama kali terjadi di Philadelpia Amerika Serikat pada 1976 dengan jumlah kasus 182 dengan korban meninggal sebanyak 29 orang. Sedangkan di Indonesia kasus serupa terjadi di Bali pada 1996 dan Tangerang pada 1999.
Menurut Kemenkes, penyakit legionellosis dapat menyerang segala usia, terutama untuk kelompok berisiko tinggi, seperti orang dengan lanjut usia dan memiliki komorbid.
Infeksi bakteri legionella dapat berdampak fatal bagi penderita yang memiliki sistem kekebalan tubuh lemah, seperti perokok, penderita penyakit paru-paru, penyakit kronis, penyakit autoimun, sampai kanker. Adapun gejala-gejala yang timbul adalah demam, myalgia (nyeri otot), diare, dispnea (sesak nafas), dan sakit kepala.
Bakteri legionella masuk ke dalam paru-paru bersama udara yang ikut terhirup ketika bernapas melalui hidung atau mulut. Bakteri legionella menular melalui aerosol di udara atau minum air yang terkontaminasi bakteri.
Selain itu, penularan juga dapat terjadi melalui aspirasi air yang terkontaminasi, inokulasi langsung melalui peralatan terapi pernapasan, dan pengompresan luka dengan air yang terkontaminasi. Namun, hingga saat ini tidak ada penularan dari manusia ke manusia.
RINDI ARISKA