Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Perubahan suasana hati seperti merasa kesepian dan hampa setelah menikah atau post-wedding blues dianggap kondisi normal. Sebab, menandakan kehidupan baru telah dimulai.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Publikasi ilmiah Bowling Green State University Research di Amerika Serikat menjelaskan, 152 responden wanita, 12 persen merasa tertekan sedikit linglung dan murung setelah pernikahan. Menurut para ahli kondisi itu masih dianggap wajar.
Apa itu post-wedding blues?
“Post-wedding blues terjadi ketika pasangan mengalami periode kecewa setelah kegembiraan merencanakan dan melangsungkan pernikahan," kata Jocelyn Charnas, seorang psikolog dan konselor pranikah.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Konselor hubungan untuk aplikasi Coupleness, Maya Maria Brown menjelaskan, merasa sedih ketika pengalaman besar atau bermakna berakhir, itu tergolong umum. "Beberapa orang menghabiskan waktu berbulan-bulan atau bertahun-tahun untuk menantikan pernikahan mereka. Jadi, masuk akal untuk merasa sedih setelah hal itu terjadi."
Akhir hari pernikahan tanda untuk seseorang memulai tahap baru dalam hidupnya. Jika seseorang berpikir secara berlebihan, misalnya, "Pernikahan saya sudah berakhir, sekarang bagaimana?"
Kekosongan akan selalu menyelimuti diri seseorang dan mendorong post-wedding blues. "Kesedihan setelah pernikahan membuat seseorang merasa kosong, seperti hari terbaik yang pernah ada sekarang telah usai. Itu fase mula yang besar untuk Anda mengalami post-wedding blues," kata Maria Brown.
Ada banyak alasan berlainan yang membuat seseorang mengalami perasaan sedih setelah melangsungkan pernikahan. Bahkan dengan pasangan sendiri pun bisa berbeda. Mengutip Indian Express, pendiri HLW Therapy Hilary Weinstein mengatakan, waktu yang dihabiskan untuk melakukan pekerjaan menjelang hari pernikahan bisa terasa antiklimaks setelah selesai.
"Pernikahan juga waktu di mana keluarga, teman, dan orang yang dicintai berada di bawah satu atap untuk menghabiskan waktu bersama. Saling memberikan dukungan kepada Anda," katanya.
Ketika lonjakan hormon pengendali emosi atau dopamin setelah pernikahan ini dihasilkan secara alami, itu akan berubah seperti semula. Persis seperti ketika kembali dalam kehidupan sehari-hari.
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.