Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Istilah pola asuh tiger parents muncul pada tahun 2011, saat Amy Chua, Profesor Hukum menerbitkan sebuah buku The Battle Hymn of the Tiger Mom. Dalam bukunya, ibu dari dua anak ini menulis tentang masa kecilnya yang dibesarkan oleh orang tua yang tegas. Ia kemudian membagi gagasan mengenai strategi tiger parents untuk kedua putrinya.
Beberapa orang menganggap Tiger Parenting itu ekstrem. Dalam buku itu diceritakan, Chua pernah menyuruh putrinya saat berusia 4 tahun untuk membuat kartu ulang tahun buatan tangan, karena tidak memenuhi standarnya.
Dalam laman verywellmind, Chua menyatakan buku itu dimaksudkan sebagai memoar tentang pengalamannya mengasuh anak dalam dua budaya, bukan panduan cara yang menyarankan orang tua Asia lebih baik dalam membesarkan anak yang sukses daripada orang Barat. Dia menekankan pada akhir buku, putrinya memberontak pada usia 13 tahun, dan itu menyebabkan dia mengganti pola asuh menjadi lebih halus dan mengubah perannya sebagai seorang ibu.
Ciri-Ciri Tiger Parents
Baca: 5 Gaya Parenting yang Perlu Diketahui Orang Tua
Dalam pola asuh tiger parents, biasanya orang tua memberi banyak aturan dan mengontrol penuh anaknya. Dalam relasi semacam itu, terlihat jelas perbedaan kekuatan antara orang tua dan anak. Bahkan terkadang menghalangi percakapan yang terbuka dan jujur. Rasa hormat menjadi jalan satu arah dan tidak ada penghargaan untuk perilaku positif, hanya disiplin untuk perilaku negatif.
Fokus pada kerja keras dan mengorbankan keseimbangan kehidupan kerja untuk kesuksesan jangka panjang, yang berarti tiger parents melarang acara menyenangkan dapat mengalihkan perhatian anak dari pencapaiannya. Para orang tua mengharapkan anak mereka unggul dan melakukan upaya terbaik dalam segala hal, apabila gagal, mereka ditegur karena mempermalukan keluarga.
Berada dalam posisi otoritas, anak diharapkan untuk menghormati dan tidak dapat berbicara balik kepada orang tua atau menantang pendapat mereka. Tiger parents memiliki kendali penuh atas kehidupan anak, bahkan untuk membuat keputusan harus berdasarkan persetujuan orang tua.
Kecerdasan emosional, kreativitas, pemikiran kritis, penentuan nasib sendiri, membangun hubungan, dan soft skill lainnya tidak dianggap penting dalam misi menuju kesuksesan. Definisi sukses, menurut tiger parents ditentukan berdasarkan kekuasaan, status, dan seberapa besar kehormatan yang dapat anak berikan kepada keluarga.
Semua metode parenting bekerja sampai taraf tertentu, tetapi tidak berarti sepenuhnya efektif atau berbuah positif. Ahli psikologi, Souzan Swift, mengatakan berhasil atau tidaknya tiger parents sulit dijawab karena banyak faktor yang terlibat, seperti budaya dan latar belakang etnis. Dia juga menjelaskan, penting untuk mempertimbangkan faktor-faktor lainya, seperti temperamen anak, kepercayaan, serta persepsi mereka tentang cinta.
“Dengan tiger parents, anda mungkin menghasilkan orang dewasa yang sukses dan produktif, tetapi orang dewasa itu mungkin juga mengalami banyak kecemasan, depresi, atau masalah kesehatan sebagai akibatnya. Jika tujuannya, agar menghasilkan orang dewasa yang bahagia, sehat, dan menyesuaikan diri dengan baik, maka menjadi orang tua yang otoriter bukan pendekatan terbaik,” ujar Swift seperti yang dikutip pada healthline.
BALQIS PRIMASARI
Baca: 6 Tanda Gaya Mengasuh Anda Termasuk Elephant Parenting
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “http://tempo.co/”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini