Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Bandung - Hidangan masakan pada Idul Fitri bisa berbeda di setiap rumah. Namun di lingkungan daerah seperti Bandung, beberapa warga punya kesamaan menu hingga cenderung menjadi hidangan Lebaran wajib bagi keluarga maupun kerabat dan tamu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Di rumah salah seorang budayawan Bandung, yaitu Hawe Setiawan, meja makan di rumahnya ke Lebaran biasanya diisi oleh ketupat, kari ayam dan sambel goreng ati. “Ada juga daging gepuk atau bistik (beef steak),” ujarnya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Selain itu, aneka kudapannya seperti kue-kue kering dan renginang.
Sementara warga lainnya, Soraya, tidak perlu repot membuat atau memasak aneka menu santapan Lebaran. “Saya mah nebeng ke rumah mama mertua,” kata dia, Rabu, 19 Maret 2023.
Menu tahunannya seperti ketupat, opor ayam, sambal goreng kentang serta sajian andalan, yaitu gudeg.
Penulis yang juga pengkaji sejarah Bandung Atep Kurnia mengatakan hidangan Lebaran warga Bandung masa kini seperti ketupat atau nasi dengan lauk opor ayam atau daging sapi. Selain itu, ada tumis kentang, lalu ase atau sayur cabai, tumis bihun dan tidak ketinggalan, kerupuk.
Adapun kudapannya seperti kue nastar, bolu, kacang asin dengan minuman seperti air mineral, teh, kopi atau minuman bersoda. “Banyak perbedaan antara hidangan pada Lebaran masa lalu dengan yang sekarang,” kata Atep.
Atep mencontohkan pada masa lalu warga suka membuat opor itik, bukan memakai daging ayam atau sapi seperti sekarang. Kemudian menu lainnya seperti nasi, semur ayam, kemudian ada dendeng berbahan ikan mujair lokal serta kacang dapros atau kedelai yang digoreng.
Beberapa menu jadul lain yang masih bertahan hingga sekarang seperti ase atau sayur cabai, tumis kentang serta tumis bihun. Sementara kudapan waktu Lebaran zaman dulu di Bandung seperti kue ali agrem, rengginang, opak, kolontong, saroja, tengteng atau kembang kerupuk.
Pilihan minumannya seperti air teh, kopi atau sirop. Pencuci mulut lainnya seperti rujak cuka.
Menurut Atep, perbedaan lain terkait sajian ketupat. ”Dulu lebih banyak dibuat untuk menyambut Lebaran Ketupat yang terjadi pada 8 Syawal atau setelah menjadi puasa sunah di bulan Syawal,” ujarnya.
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik Tempo.co Update untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram lebih dulu.