Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Kadar hormon dalam tubuh manusia berlainan. Mengutip Healthline, perempuan memiliki hormon estrogen yang lebih banyak daripada laki-laki. Sebaliknya, laki-laki memiliki hormon testosteron yang lebih banyak daripada perempuan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Namun, ada suatu kondisi yang menyebabkan kadar hormon testosteron menjadi lebih banyak dalam tubuh perempuan. Mengutip Springer Open, kondisi ini disebut hiperandrogen.
Gejala dan penyebab hiperandrogen
- Sindrom ovarium polikistik
Mengutip Mayo Clinic, sindrom ovarium polikistik adalah gangguan yang menyerang hormon ovarium. Gangguan ini menyebabkan ovarium membesar dan menimbulkan kista kecil di permukaan luarnya. Sindrom ovarium polikistik menyebabkan produksi hormon testosteron yang berakibat hiperandrogen.
- Malfungsi kelenjar adrenal
Mengutip Indonesian Journal of Cancer, kelenjar adrenal di ginjal berfungsi untuk memproduksi berbagai jenis hormon. Kelenjar ini berkemungkinan mengalami penyakit atau gangguan kesehatan. Itu menyebabkan gangguan kadar hormon yang dihasilkan kelenjar adrenal.
- Obesitas
Obesitas atau kegemukan berlebihan menyebabkan hiperandrogen. Mengutip Karger, seseorang yang mengalami obesitas akan mengalami perubahan pola sekresi dan metabolisme hormon. Pola ini cenderung dialami perempuan yang berakibat kelebihan hormon testosteron penyebab hiperandrogen.
Hiperandrogen yang dialami perempuan
Mengutip Top Doctors, hiperandrogen mempengaruhi suara, kulit, dan rambut. Perempuan yang mengalami hiperandrogen biasanya suaranya agak berat dan dalam. Kulit pun lebih berminyak yang rentan menyebabkan timbulnya jerawat.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Jerawat merupakan kondisi fisik yang normal ketika seseorang beranjak remaja. Walaupun begitu, ketika beranjak dewasa seseorang masih mungkin berjerawat. Tapi, jerawat yang dialami orang dewasa setelah masa remaja tidak terlalu parah. Perempuan dewasa yang mengalami hiperandrogen cenderung akan berjerawat.
Tidak hanya perubahan fisik, hiperandrogen juga mengganggu siklus menstruasi perempuan. Mengutip National Center for Biotechnology Information, beberapa penelitian menunjukkan, perempuan dengan hiperandrogen memiliki siklus menstruasi yang tidak lancar.
Ahli medis selama ini memeriksa hiperandrogen melalui dua cara. Mengutip Verywell Health, dua diagnosis utama yang sering dipakai untuk mendeteksi hiperandrogen adalah metode klinis dan biokimia.
Diagnosis klinis terhadap hiperandrogen dilakukan mengamati berbagai perubahan fisik yang dialami perempuan. Adapun diagnosis biokimia dilakukan memeriksa langsung kadar hormon testosteron di tubuh perempuan.
BANGKIT ADHI WIGUNA
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik Tempo.co Update untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram lebih dulu