Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Gaya Hidup

Berhenti Berbohong soal Kematian pada Anak, Fakta Lebih Penting

Orang tua selalu berusaha melindungi anak dari apapun, termasuk perasaan sedih dan kehilangan karena kematian sehingga merasa perlu berbohong.

26 Januari 2024 | 21.48 WIB

Ilustrasi anak sedih/murung. Shutterstock.com
Perbesar
Ilustrasi anak sedih/murung. Shutterstock.com

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Tak sedikit orang tua yang berbohong pada anaknya yang masih kecil soal kematian. Misalnya, orang tua mengatakan, "Kakek sedang pergi jauh, tak tahu kapan akan pulang," mengenai sang kakek yang telah wafat.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Orang tua memang selalu berusaha melindungi anak-anaknya dari apapun, termasuk perasaan sedih dan kehilangan. Hanya saja, mereka tak jarang melakukannya dengan cara keliru.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Orang tua sering tak siap dengan pertanyaan anak. Dan saran yang selalu saya berikan adalah katakan yang sebenarnya," ujar David Kessler, pakar kesedihan dan pendiri Grief.com, kepada USA Today

Pengaruh berbagai faktor
Faktor usia anak juga berpengaruh. Contohnya usia 2-4 tahun masih belum paham benar soal kematian, menurut Loree Johnson, terapis perkawinan dan keluarga. Seiring pertambahan usia, mereka mulai mengerti apa itu kematian. Orang tua berperan kunci untuk menggiring percakapan dan tak perlu menutupi perasaan mereka. 

"Mereka pikir dengan menyembunyikan kesedihan mereka sendiri -- air mata, murung, atau jenis emosi lain -- maka akan melindungi anak-anak," jelas Gina Moffa, pekerja sosial dan penulis Moving On Doesn't Mean Letting Go.

"Insting memang mulia tapi ada yang lebih penting. Anak-anak perlu tahu banyak hal sejak usia sangat muda dan mereka boleh mengekspresikan perasaan dan pengalaman dengan terbuka, terutama seputar emosi yang membingungkan seperti kesedihan," tambahnya.

Anak-anak boleh mengekspresikan kesedihan dengan berbagai cara, sebelum atau sesudah merasa kehilangan, ungkap Andrew Knapp, penulis buku anak Find Momo Everywhere, yang kehilangan ibunya 9 tahun lalu.

"Ekspresi bisa tergantung banyak hal, seperti perkembangan emosional, hubungan dengan orang yang meninggal, dan kemampuan mereka untuk merasa aman mengekpresikan perasaan. Anak-anak bisa lebih terdampak atas kehilangan itu dari yang disadari orang dewasa, bahkan bila mereka tak menunjukkannya," jelasnya. 

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus