Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ketika buluh bambu diraut, ditimbang kiri-kanan, lalu kertas warna-warni mencolok ditempel, datanglah kesenangan tak terkira. Itulah saat layang-layang dicipta. Prosesnya bikin deg-degan. "Saya selalu ingin coba-coba bentuk baru," kata Agus Setiawan, perancang di Bengkel Layangan LeGong, Jakarta. Pernah, bersama kawan-kawannya, dia membuat layangan berbentuk kuda laut berperut gendut, perahu layar setinggi 6 meter, juga layang-layang superpanjang yang tersusun dari 1.003 layangan kecil.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo