Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Gaya Hidup

Cara Mendeteksi Kekerasan pada Anak yang Perlu Anda Tahu

Maraknya kasus kekerasan yang menimpa anak membuat orangtua patut waspada terhadap keadaan si buah hati.

24 Juli 2015 | 02.00 WIB

Sejumlah anak memasang prakarya pada tembok penampungan sementara milik yayasan Bahtera yang menyediakan pendidikan non-formal untuk mencegah anak-anak menjadi korban eksploitasi seks di Bandung, Jawa Barat (29/8). Yayasan ini bertujuan agar kasus kekeras
Perbesar
Sejumlah anak memasang prakarya pada tembok penampungan sementara milik yayasan Bahtera yang menyediakan pendidikan non-formal untuk mencegah anak-anak menjadi korban eksploitasi seks di Bandung, Jawa Barat (29/8). Yayasan ini bertujuan agar kasus kekeras

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Maraknya kasus kekerasan yang menimpa anak membuat orangtua patut waspada terhadap keadaan si buah hati. Berikut beberapa cara untuk mendeteksi apakah anak menjadi korban kekerasan.



Sekretaris Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Erlinda mengatakan orangtua sebagai sosok terdekat dengan anak harus secara cepat dan tanggap melihat kondisi anak. Secara fisik, orangtua, katanya, bisa memperhatikan tubuh anak.


 


Menurutnya, akan lebih baik bila para orangtua rutin memperhatikan keadaan anaknya. Caranya, dengan melihat apakah terdapat tanda seperti luka atau memar pada bagian tubuh tertentu.


 


"Untuk fisik, bisa dengan cara mengecek apa ada memar atau luka di tubuh anak," ujarnya di Jakarta, Rabu, 22 Juli 2015.


 


Namun, cara lain untuk dapat mengetahui bisa dengan melihat perilaku anak. Dalam beberapa kesempatan, cobalah amati kebiasaan anak. Apakah anak berubah sikapnya, misalnya, menjadi lebih murung, pemarah, pendiam, atau bahkan lebih agresif.


 


Nafsu makan, katanya, bisa juga menjadi penanda atas hal-hal tertentu yang mengganggunya. Oleh karena itu, bila sejumlah perubahan itu terjadi tanyakan kepada anak dengan kalimat-kalimat yang lebih akrab dan tak menyerang.


 


"Secara psikologis, lihat juga apa anak jadi pendiam, jadi agresif, enggak nafsu makan atau murung. Biasanya kelihatan tuh," jelasnya.


 


BISNIS

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Saroh mutaya

Saroh mutaya

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus