Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Ketika mendapatkan hasil tes PCR, tidak hanya hasil positif saja yang didapat. Tetapi juga CT Value dengan angka yang berbeda tiap orang. Beberapa orang mengasumsikan tinggi rendah CT Value berkaitan dengan kesembuhan dari Covid-19, benarkah?
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Dokter Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) dr. Hasan Sadikin Bandung, Samuel Pola Karta Sembiring, dalam akun Instagramnya @doktersam, Kamis, 29 Juli 2021, mengemukakan bahwa hasil CT Value mencerminkan materi genetik virus pada sampel yang diuji.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Dalam salah satu postingannya di Instagram itu, ia menjelaskan secara sederhana kemunculan angka CT Value. PCR perlu memperbanyak materi genetik pada sampel atau amplifikasi agar bisa membaca materi genetik virus dengan jelas.
Jika materi genetik virus sedikit, maka PCR harus memperbanyak materi genetik berkali-kali agar dapat dibaca dengan jelas. Semakin banyak proses ini menyebabkan CT Value semakin tinggi. Begitu pula sebaliknya.
Banyak orang masih membandingkan CT Value, apakah turun atau naik dari PCR sebelumnya. Namun, dr. Sam mengatakan bahwa untuk melihat tren CT harus dilakukan oleh dokter yang merawat pasien.
Untuk membandingkan CT Value, alat, metode, reagen, dan laboratorium yang digunakan dalam PCR sebelumnya dan PCR berikutnya harus sama. Bila tidak sama, maka tidak bisa dibandingkan.
Apakah nilai CT yang tinggi berarti sedang menuju dalam masa kesembuhan? Tidak selalu. Menurut Samel, CT yang tinggi bisa terjadi ketika masa infeksi akut. Tetapi, bila CT Value naik saat mendekati masa akhir isolasi, kemungkinan bisa membantu dokter memutuskan status selesai isolasi pasien.
Naik turunnya CT Value dipengaruhi oleh banyak faktor. CT Value yang naik atau turun secara drastis bisa dikorelasikan dengan menuju kesembuhan atau malah memasuki masa replikasi virus aktif.
Sedangkan, perubahan CT Value yang tidak signifikan bisa dipengaruhi oleh teknik swab atau penyimpanan sampel. Perbandingan CT Value yang menggunakan alat berbeda dengan cut off berbeda juga dapat menimbulkan CT Value yang terkesan naik atau turun.
Dokter Samuel mengatakan bila seseorang dites PCR tiga kali dalam waktu sehari dengan alat yang sama, hasil CT Value tersebut kemungkinan akan berbeda. Untuk itu, ia meminta agar masyarakat tidak menilai CT Value mereka sendiri dan biar dokter yang menilai.
Pada kasus Covid-19 ringan atau tanpa gejala, CT Value tes PCR juga tidak digunakan untuk penilaian. Terakhir, Samuel menyatakan bahwa CT Value tidak bisa dijadikan patokan untuk menentukan daya penularan, tingkat keparahan, atau menentukan status kesembuhan.
Samuel mengatakan berdasarkan saran dari perhimpunan Dokter Spesialis Mikrobiologi Klinik Indonesia: CT Value sebaiknya tidak perlu dicantumkan pada lembar hasil pemeriksaan PCR. Jika dibutuhkan, dokter dapat menanyakannya ke laboratorium pemeriksa.
AMELIA RAHIMA SARI