Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Kesehatan

Donor Kornea Mata Belum Populer, Apa Saja Kendalanya?

Donor kornea mata masih kurang populer di Indonesia. Akibatnya, pendonor kornea mata jumlahnya masih sedikit.

11 Maret 2018 | 13.40 WIB

Ilustrasi warna mata. (medicalnewstoday.com)
Perbesar
Ilustrasi warna mata. (medicalnewstoday.com)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Mata memiliki peran penting dalam kehidupan manusia karena mata merupakan jendela serta jembatan bagi manusia melihat dunia. Perawatan mata seharusnya sudah menjadi keharusan bagi siapa pun karena kerusakan penglihatan akan mempengaruhi produktivitas seseorang, bahkan hingga masa depannya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Hasil survei yang dilakukan pada 2014-2016 oleh Kementerian Kesehatan, melalui survei Rapid Assessment of Avoidable Blindness (RAAB), mengidentifikasi sedikitnya tiga persen penduduk Indonesia menyandang kebutaan pada usia lebih dari 50 tahun. Sebanyak 4,5 persen dari data tersebut adalah penyandang kebutaan kornea. Baca: Anak Didiagnosis Epilepsi? Tenang, Penyakit Ini Bisa Sembuh

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ketua Bank Mata Indonesia Tjahjono D. Gondhowiarjo mengungkapkan, kebutaan kornea bisa disebabkan oleh penyakit, cedera, atau hal lainnya. Dampak lebih lanjut dari kebutaan kornea ini adalah hilangnya fungsi penglihatan jika tidak dilakukan tindakan lebih lanjut. Namun 80 persen kerusakan penglihatan dan kebutaan, termasuk kerusakan kornea, dapat dicegah. "Mencegahnya tentu dengan transplantasi atau biasa disebut cangkok kornea. Meski demikian, tindakan transplantasi ini masih sangat tergantung dengan ketersediaan kornea donor yang ada dan dikelola oleh Bank Mata,” katanya dalam konferensi pers JEC saat memperkenalkan Lions Eye Bank Jakarta pada Jumat, 10 Maret 2018, di Jakarta.

Bank Mata Indonesia mencatat baru sekitar 5 sampai 10 persen pasien kebutaan yang dapat menjalani operasi transplantasi kornea. Hal ini disebabkan oleh masih terbatasnya kornea donor yang ada dari dalam negeri. “Jumlah orang yang bersedia menjadi pendonor mata di Indonesia masih sangat sedikit. Contohnya, dari 100 tindakan transplantasi mata yang dilakukan dalam setahun, hanya 20-30 tindakan yang mengambil donor mata lokal,” kata Tjahjono. Sisanya merupakan kornea donor yang dikirim dari luar negeri, seperti Filipina, Sri Lanka, juga Nepal. Baca: Lee Dong Wook dan Suzy, Ini 5 Fakta Unik Lee Dong Wook

Salah satu faktor yang menurut Tjahjono memicu keterbatasan jumlah pendonor dari dalam negeri adalah fenomena donor kornea yang masih dipandang sebelah mata di Indonesia. Pandangan ini menyangkut kontroversi pendonoran dalam lingkup agama dan perizinan keluarga calon pendonor mata tersebut.

Saat ini tercatat mayoritas pendonor mata dari dalam negeri merupakan orang-orang dengan usia muda, yang risiko kematian masih 20 tahun ke depan atau lebih. “Sementara kornea mata banyak dibutuhkan dalam waktu dekat, sehingga mau tidak mau kita harus mengimpor," ucap Tjahjono. Baca: Jo Min Ki Kena Kasus Pelecehan Seksual, 4 Artis Korea Ini Juga

Karena itu, Tjahjono mengharapkan partisipasi dan pengetahuan lebih masyarakat terkait dengan pendonor dan donor kornea. Menurut dia, sepasang kornea dari seorang pendonor dapat digunakan untuk membantu penglihatan dua sampai empat pasien penerima donor mata.

Salah satu solusi yang dilakukan adalah menghadirkan Lions Eye Bank Jakarta, dengan harapan mampu meningkatkan pemahaman masyarakat mengenai donor kornea. Sehingga penanganan pasien yang membutuhkan tindakan transplantasi kornea mata dapat dilakukan lebih cepat. Pembukaan Lions Eye Bank Jakarta ini sendiri dilakukan pada November 2017.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus