Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Gaya Hidup

Es Dawet Bubur, Kuliner Menyegarkan dari Gunungkidul

Namun di Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta, kuliner ini tampir beda.

3 Juli 2018 | 16.42 WIB

Sajian bubur empat macam yang melengkapi es dawet di warung milik Rosalia, Gunung Kidul, Yogyakarta. Tempo/Francisca Christy Rosana
Perbesar
Sajian bubur empat macam yang melengkapi es dawet di warung milik Rosalia, Gunung Kidul, Yogyakarta. Tempo/Francisca Christy Rosana

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Yogyaakarta - Es dawet dan bubur hangat di sejumlah daerah umumnya merupakan santapan terpisah. Bubur menjadi pengganti makanan utama dan dawet berlaku sebagai sajian penutupnya. Namun di Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta, kuliner ini tampir beda.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Bubur dan dawet di daerah tersebut menjadi penganan yang akan disantap bersamaan. Bagaimana rasa kuliner khas Gunungkidul ini?

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sajian unik dan khas ini kerap dijuluki dawet bubur. Ada juga yang menyebutnya es dawet atau es dawet bubur. Ini tentu lain dengan es dawet di Banjarnegara yang berisi cendol dan santan, juga dawet di Magelang yang berisi cendol dan ketan. Es dawet di Gunungkidul adalah paduan empat macam bubur.

Salah satu pembuatnya, Rosalia, yang akrab disapa Eyang Rosalia, mengatakan es dawet bubur merupakan minuman favorit warga Gunungkidul untuk melepas dahaga. “Biasanya diminum kalau lagi santai-santai atau saat cuaca panas,” ujar Rosalia yang ditemui di warungnya, seberang pertigaan Pasar Ayam, Wonosari, Gunungkidul, akhir Juni lalu. Eyang Rosalia sedang meracik dawet bubur di warungnya, seberang pertigaan Pasar Ayam Wonosari, Gunungkidul, Yogyakarta.Tempo/Francisca Christy Rosana

Dawet ini akan dihidangkan dengan empat macam jenis bubur manis. Ada bubur sumsum, bubur candil, bubur mutiara, dan bubur ngangrang. Bubur ngangrang adalah bubur yang terbuat dari ketan. Sedangkan bubur mutiara berbahan dasar mutiara.

“Kalau bubur sumsum ya terbuat dari tepung beras biasa. Nah, bubur candil ini yang paling manis, warnanya cokelat,” ujar Rosalia. Bubur candil terbuat dari tepung beras yang diberi campuran gula Jawa. Dinamakan candil karena memiliki tekstur bulat dan kenyal.

Pengunjung bisa memilih keempat bubur tersebut dipadu menjadi satu atau dimakan terpisah. “Dalam satu mangkuk, terserah pembeli mau mencampur buburnya atau memilih salah satu saja,” kata Rosalia.

Bila yang tak terlalu suka manis, memilih bubur sumsum saja merupakan opsi yang tepat. Karena, setelah dicampur dengan dawet dan santan, rasa es tersebut tak akan terlampau manis. Bahkan cenderung gurih.

Lain halnya buat yang suka manis legit. Memilih bubur cenil mungkin akan lebih tepat. Sebab, bubur itu pada dasarnya sudah terbuat dari gula Jawa. Bila ditambah gula dawet dan santan, rasanya akan bertambah manis. Adapun mutiara dan ngangrang memiliki rasa yang lebih netral. 

Rasa bubur ini, bila diminum dengan dawet, akan terasa unik. Ada perpaduan dingin dari es dan hangat dari bubur. Semangkuk dawet bubur dibanderol Rp 4.000. Cukup murah di kantong para backpacker.

Francisca Christy Rosana

Lulus dari Universitas Gadjah Mada jurusan Sastra Indonesia pada 2014, ia bergabung dengan Tempo pada 2015. Kini meliput isu politik untuk desk Nasional dan salah satu host siniar Bocor Alus Politik di YouTube Tempodotco. Ia meliput kunjungan apostolik Paus Fransiskus ke beberapa negara, termasuk Indonesia, pada 2024 

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus