Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Gaya Hidup

Fachri Albar Terjerat Narkoba, Perilaku Kecanduan dapat Menurun?

Fachri Albar ditangkap karena dugaan penyalahgunaan narkoba, Tahun 2007, sang ayah, Ahmad Albar juga ditangkap karena narkoba. Kecanduan menurun?

14 Februari 2018 | 18.19 WIB

Fachri Albar. Instagram
Perbesar
Fachri Albar. Instagram

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Fachri Albar ditangkap polisi karena dugaan penyalahgunaan narkoba. Seperti diberitakan Tempo.co, anak penyanyi Ahmad Albar tersebut ditangkap hari ini, 14 Januari 2018, pukul 07.00 WIB di kediamannya di Cirendeu, Lebak Bulus, Jakarta Selatan. Menurut informasi dari Kepala Kepolisian Resor Metro Jakarta Selatan Komisaris Mardiaz Kusin Fachri tertangkap memiliki satu paket sabu, dua papan dumolid, dan lintingan ganja. Sore ini, detil tentang penangkapan Fachri Albar baru akan dirilis.

Baca juga:
2 Penyebab Kehilangan Janin Seperti yang Dialami Marissa Nasution
Hari Valentine : Ada Ciuman Respek dan Erotis, Simak 2 Manfaatnya
Jomblo Menderita saat Hari Valentine? Siapa Bilang, Cek 3 Hal Ini

Tahun 2007 silam, sang ayah, Ahmad Albar, juga pernah terjerat kasus narkoba, tepatnya pada tahun 2007. Seperti diberitakan Tempo.co, Ahmad Albar ditangkap karena memiliki 490 ribu butir ekstasi di Apartemen Taman Anggrek, Jakarta Barat. Ahmad akhirnya dijatuhi hukuman 3 tahun penjara. Lalu, apakah perilaku kecanduan pada seseorang bisa dikatakan menurun atau menular ke lingkungan sekitar?

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Menurut psikolog klinis Danisa Nurkalista, kecanduan zat disebabkan oleh pengaruh kimiawi pada zat yang memaksa tubuh untuk mengkonsumsi zat tersebut secara terus menerus. Faktor lingkungan merupakan salah satu faktor terkuat yang dapat mendorong seseorang untuk menggunakan zat tertentu. Akan tetapi, ada faktor dalam diri sendiri yang turut mempengaruhi. “Ada faktor dari orangnya sendiri yang mempengaruhi keputusannya untuk mencoba dan akhirnya ketagihan zat,” ujar Danika saat dihubungi oleh TEMPO.CO  pada Rabu, 14 Januari 2018.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Danika mengatakan, faktor sosial-budaya juga turut berpengaruh pada keinginan seseorang untuk menggunakan zat tertentu. “Akan lebih riskan bila seseorang tinggal di lingkungan yang mendukung penggunaan zat,” katanya.

Ia menjelaskan, seseorang yang memiliki pribadi impulsif cenderung lebih rentan untuk menggunakan zat tertentu guna mendapatkan sensasi yang ia inginkan tanpa mempertimbangkan risiko kedepannya. Lalu, ada juga yang menggunakan narkoba untuk mengatasi permasalahan. “Ada teori yang menyebutkan bahwa penggunaan zat kadang digunakan untuk self-medication. Jadi, seseorang menggunakan zat untuk mengatasi luka batin, seperti trauma psikologis, kecemasan, emosi, dan stres.”

Menurut penjelasannya, narkoba tidak akan menghilangkan permasalahan mental yang dimiliki pengguna. “Hilang sementara rasa cemas dan insecure-nya karena pengaruh obat, tapi akar masalahnya tetap ada dan tidak terselesaikan. Kalau ada pemicu yang membuat rasa cemas muncul kembali, obat itu akan (pengguna) pakai lagi,” kata Danika.

CAESAR AKBAR | MAGNULIA SEMIAVANDA HANINDITA

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus