Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Gaya Hidup

Gosok Terus Tanpa Odol

Kurang dari 2% dari penderita sakit gigi di Indonesia yang mendapat pelayanan. kebanyakan dokter-dokter kurang berminat praktek di daerah terpencil. masalah tarif yang tinggi, peralatan yang modern.

18 Oktober 1980 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

UNTUNG sakit gigi tak bisa membawa mati. Kalau tidak, cukup banyak korbannya. Sebab kurang dari 2% dari para penderita sakit gigi di Indonesia yang bisa mendapatkan pelayanan. Tenaga dokter sebenarnya tak kurang. Sekarang ini tercatat sebanyak 3000. Saban tahun jumlah ini bertambah lagi sekitar 400 orang dari berbagai perguruan tinggi. Cuma mereka bertumpuk di kota-kota besar. Yang baru lulus umumnya tak begitu tertarik untuk berdinas di daerah terpencil. Di Jakarta misalnya, meskipun Puskesmas Inpres dan Non-Inpres sudah tertutup buat dokter gigi, ternyata masih ratusan yang "menganggurkan diri" sambil mengincar lowongan di berbagai instansi. Keadaan ini cukup memprihatinkan, hingga Presiden Soeharto ketika membuka Kongres Nasional ke-14 Persatuan Dokter Gigi Indonesia, 27 September di Jakarta, mengajak mereka supaya bersedia "mengabdi masyarakat pedesaan. " Di kota mereka mulai dapat kritik sekalipun tidak sekeras terhadap dokter umum dan spesialis -- mengenai tarif. Tarif yang tinggi ini terutama didorong oleh peralatan mutakhir yang mereka pergunakan. "Sebenarnya peralatan modern itu adalah tuntutan masyarakat sendiri. Kalau pasien melihat peralatan dokter masih sederhana, ia akan mencari dokter lain yang punya peralatan modern," kata drg. I Sadrach yang menjabat Sekretaris Umum PDGI periode 1978-1980. Seorang dokter gigi lulusan Universitas Indonesia yang baru sebulan membuka praktek dengan peralatan berharga sekitar Rp 5 juta menceritakan pengalaman yang mendukung cerita Sadrach. "Pasien saya ada yang begitu masuk lantas bertanya apakah saya menggunakan peralatan yang digerakkan jet atau tidak?" katanya. Pasien itu menghendaki pelayanan dengan alat pembor gigi yang digerakkan jet dengan kemampuan putar 500.000/menit. Rupanya dia merasa kurang nyaman dengan peralatan sederhana dengan daya putar 10.000. Kembang Gula Peralatan kedokteran gigi ada yang digerakkan dengan tangan, seperti kursinya. Tapi ada pula yang digerakkan listrik, hingga pasien merasa seperti duduk di pesawat terbang. Harganya bisa mencapai Rp 20 juta. Namun lingkungan lebih banyak menentukan jenis peralatan mana yang akan dipakai seorang dokter. "Kalau saya menggunakan peralatan yang saya miliki sekarang di daerah pinggiran, berarti saya mematikan diri sendiri. Karena harganya yang mahal. Mana mungkin saya dapat pasien," ucap I. Sadrach yang buka praktek di daerah Menteng, Jakarta Pusat. Untuk memberikan pelayanan yang meluas, Dekan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, drg Ali Dahlan pernah mencetuskan ide untuk membuat peralatan sederhana. "Perencanaannya sudah ada, tapi kesulitannya lanyak, terutama dalam pemasaran. Untuk suatu usaha industri dengan jumlah konsumen 400 dokter tiap tahun tidak menguntungkan. Kecuali jika ada kemungkinan ekspor," katanya. Kesehatan gigi ternyata tidak hanya soal pengobatan saja. Sebagaimana dikatakan oleh drg I. Sadrach masih banyak bidang yang harus dipikirkan. Antara lain bagaimana meningkatkan penerangan di kalangan masyarakat terutama lewat anak sekolah. Juga perlu pembatasan iklan kembang gula di media massa. Dan menggalakkan produksi tapal gigi yang mengandung fluoride, zat kimia yang bisa mengurangi kerusakan gigi 30-35%. Memang beberapa merk, katanya, jelas tak mengandung at pembasmi kuman gigi itu. "Tapi tak apa, asal iklannya membuat orang terbiasa menggosok gigi. Tanpa tapal pun saya sudah puas," ujar I. Sadrach.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus